Dalam pandangan ekonom senior Dr Rizal Ramli, Indonesia memiliki banyak perusahaan besar dengan visi yang bagus. Sayang, banyak yang tidak sinkron antara visi dengan strategi. Tak heran jika banyak perusahaan Indonesia yang bermasalah.
Salah satu faktornya adalah karena visi tak lebih dari sekadar alat kampanye. Alat untuk mencari dukungan politik.
"Visinya bagus-bagus, tapi hanya jadi alat kampanye, alat pendukung politik. Akibatnya, strategi nggak nyambung untuk mencapai misi. Penunjukkan personalia pun hanya
thank you note kepada yang nyumbang," beber Rizal Ramli di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa malam (11/2).
Padahal, lanjut pria yang karib disapa RR, untuk membuat sebuah perusahaan meraup untung relatif tak terlalu susah. Cukup menjalankan dengan konsisten visi, strategi, dan implementasi.
"Sebetulnya ilmunya nggak sulit-sulit banget. Punya visi yang
clear, strategi yang jelas, dan cari orang yang bisa
execute," imbuh mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini.
"Sistem kita, mohon maaf, visi hanya alat kampanye saja untuk nyenengin orang agar milih kita. Strategi yang dibuat jadi nggak nyambung. Misalnya visinya agar ada kedaulatan pangan, supaya kurangi impor. Tapi strateginya malah impor jorjoran," ucap RR.
Tak hanya itu, orang-orang yang ditunjuk untuk menangani perusahaan pun sudah 'pilihan'. Mereka yang dipilih adalah yang memang bisa bekerja untuk mendapat rente.
"Sistem kita tidak mencari yang terbaik untuk tugas apa pun. Selama Indonesia kayak begini, kita susah untuk jadi
the best," tegasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: