Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Apa Motif Akbar Faizal Serang Nasdem, Tidak Lolos Ke Senayan Atau Gagal Jadi Menteri?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 17 Februari 2020, 18:13 WIB
Apa Motif Akbar Faizal Serang Nasdem, Tidak Lolos Ke Senayan Atau Gagal Jadi Menteri?
Akbar Faizal/Net
rmol news logo Gagal melenggang ke Senayan, Akbar Faizal tidak mati kutu. Politisi Partai Nasdem itu mendirikan lembaga kajian politik Nagara Institute (NI).

Hari ini, NI merilis kajian terbaru. Sebesar 17,22 persen anggota DPR hasil Pileg 2019 terpapar dinasti politik. Atau, sebanyak 99 dari 575 anggota legislatif terpilih memiliki hubungan dengan pejabat publik.

Partai Nasdem (33,90 persen), Partai Golkar (31,58 persen), PDI Perjuangan (21,18 persen), Partai Gerindra (18,52 persen), Partai Demokrat (18,18 persen), PAN (16,67 persen), PPP (13,28 persen), PKS (8 persen), dan PKB (5,17 persen).

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie mengapresiasi Akbar Faizal yang terus berkontribusi buat rakyat, khususnya lewat pendidikan politik.

Namun pada sisi lain, Jerry Massie menilai Akbar Faizal keliru. Pasalnya, sama saja dia membuka aib Partai Nasdem.

"Bagi saya dia keluri juga, dia telah menyerang partainya sendiri," ucapnya.

Menurut Jerry Massie, ada beberapa indikator kenapa Akbar Faizal menyerang partainya. Pertama, bisa saja dia sakit hati karena tidak lolos jadi anggota DPR karena politik dinasti.

Kedua, barang kali juga dia kecewa tidak dapat jatah di pemerintahan, tidak dilirik partainya jadi menteri seperti halnya Sayhrul Yasin Limpo. Ketiga, mungkin masih ada deal-deal antara dia dengan ketum partainya Surya Paloh yang belum terealisasi.

"Jadi saya menduga, ada unsur sakit hati, maknaya dia ngamuk," ujar Jerry Massie.

Tapi yang jelas, tambah Jerry Massie, apapun alasannya, secara politik tidak etis seorang kader menyerang parpolnya.

"Inikan membuka aib partainya sendiri. Sangat tidak etis," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA