Melihat kesepakatan dua pimpinan parpol tersebut, analis politik Universitas Islam Syech Yusuf Tangerang, Adib Miftahul berpendapat, menaikkan PT dari 4 ke 7 persen bisa berdampak terhadap angka partisipasi pemilih.
“Karena pemilih kadang tak mau melihat parpol dan figur itu-itu saja. Ketika pemilih disuguhkan demikian, lebih memilih golput,†kata Adib Miftahul kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (10/3).
Pada akhirnya, lanjut Adib Miftahul, ambang batas parlemen yang menentukan ialah pemilih. Masuk tidak partai politik ke Parlemen ditentukan oleh suara pemilih.
“Jadi kasih kesempatan parpol kecil, hadirkan pilihan. Toh pemilih sudah cerdas,†ujarnya.
Di sisi lain, Adib Miftahul melihat wacana naiknya PT menjadi 7 persen ini adalah dalam rangka hegemoni parpol besar. Hal itu bukan tanpa alasan. Mengingat dalam Pemilu 2019 kemarin, Nasdem dan Golkar mendapat suara lebih dari 7 persen.
“Kalau tak mencapai itu? Emang berani? Jadi saya kira PT cukuplah segitu (4 persen seperti Pemilu 2019),†sindir Adib Miftahul.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: