Prediksi itu disampaikan Pengamat sosial dan politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar. Dalam dinamika itu, ia juga memprediksi akan ada 2 opsi yang akan diberikan PDIP untuk mengakomodir Joko Widodo.
“Kemungkinan ada dua skenario. Pertama, dua daerah (Solo dan Medan) akan mengakomodasi Joko Widodo. Artinya kader tulen terpaksa tidak dimajukan, kecuali mungkin sebagai pendamping (wakil). Risikonya resistensi di dua daerah akan sangat besar dan potensi memenangi Pilkada tereduksi sangat tajam,†kata Shohibul, Selasa (10/3), dikutip
Kantor Berita RMOLSumut.
Kedua, lanjut Shohibul, akan ada
lose-lose solution. Hal itu berdasarkan pertimbangan prioritas dan resistensi kader, dua daerah itu akan diperlakukan berbeda.
“Prioritas akan jatuh kepada anak (Gibran), dan jika menantu (Bobby) akan maju tanpa PDIP hal itu harus dimaknai sebagai
lose-lose solution belaka. PDIP merelakan
lose di Solo, dan Joko Widodo menerima lose di Medan. Itu cukup fair,†jelasnya.
Akademisi FISIP UMSU ini menilai, alasan PDIP merelakan Solo kepada Gibran dikarenakan faktor sejarah karier politik Joko Widodo.
“Mengapa Solo direlakan lose oleh PDIP? Tentu berkaitan dengan kemahkotaan daerah itu dalam sejarah karier politik Joko Widodo sebagai orang yang pernah dua periode memimpin di sana,†ucapnya.
Terakhir, Shohibul juga memprediksi akan ada kekuatan elite politik dalam internal PDIP yang berusaha mengajukan skenario lain.
“Kekuatan-kekuatan elite politik dalam internal PDIP hingga
last minutes nanti akan tetap saja berusaha mengajukan skenario lain. Misalnya menunjuk salah seorang kader sebagai calon wakil bagi menantu Joko Widodo,†demikian Shohibul.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.