Peneliti senior Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata menilai tawaran dari Jokowi untuk Ahok sebenarnya adalah jebakan yang bertujuan untuk menghancurkan karir politik mantan terpidana penistaan agama itu.
Karir politik Ahok, kata Dian, memang telah mundur setelah yang bersangkutan menerima jabatan sebagai Komisaris Utama (Komut) PT Pertamina. Artinya, Ahok kini sebatas menerima jabatan yang “givenâ€, bukan jabatan yang direbut dari hasil perjuangan kepemiluan.
Jika hal demikian terus berlanjut, maka kemampuan Ahok sebagai petarung politik akan tergerus.
"Kalaupun Ahok menerima posisi tersebut, maka ini kali kedua bahwa Ahok menerima jabatan "given" dari Jokowi. Ini kemunduran besar bagi karir politik Ahok," ujarnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/3).
Ketua Pijar Jakarta tahun 1999 ini menyarankan agar Ahok kembali ke jalur yang benar. Sehingga karir politiknya tidak hancur. Untuk itu, pertama yang harus dilakukan Ahok adalah menolak tawaran Jokowi menjadi CEO ibukota baru.
"Ahok harus tetap di jalan elektoral alias di jalan kepemiluan. Bukan di jalan jabatan "given"," pungkas Dian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.