Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana menjadi salah satu yang mengkritik imbauan social distancing. Menurutnya ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar
social distancing efektif menangkal sebaran virus di suatu tempat.
“Pertama, kultur masyarakat dalam mematuhi aturan-aturan cukup tinggi, sehingga
people-distancing pun diterapkan oleh tiap orang di tempat-tempat berkumpul,†terangnya kepada redaksi, Selasa (17/3).
Selain itu, ketersediaan test kit untuk melakukan tes massal gratis kepada seluruh warga harus terpenuhi. Dalam hal ini, pemerintah bukan menunggu warga datang untuk dites.
Selanjutnya, ada ketersedian masker dan hand sanitizer yang dibagikan gratis kepada masyarakat sebagai upaya warga lakukan
self-defence dalam kegiatan sehari-hari. Ini lantaran warga masih diperbolehkan melakukan pergerakan keluar rumah.
Ketersediaan tenaga medis di daerah-daerah harus lengkap. Hal tersebut difungsikan untuk lakukan layanan dan
recovery pasien.
Kemudian, kata Gde Siriana, ketersediaan RS dan pusat-pusat isolasi pasien positif dengan fasilitas lengkap jumlahmya memadai di seluruh daerah.
“Jumlah penduduk relatif tidak begitu banyak dan geografis tidak luas. Termasuk episentrum penyebaran tidak banyak,†terangnya.
Gde Siriana menambahkan bahwa harus ada koordinasi yang baik antara pusat dan daerah dalam bekerja di medan yang luas dan menghadapi jumlah manusia yang banyak.
“Perlu juga kemampuan melakukan
tracing close contact yang melibatkan banyak instansi yang didukung dengan teknologi dan data
sources yang akurat,†sambungnya.
Beberapa negara yang menjalankan
social distancing seperti Singapura dan Korea Selatan memenuhi prasyarat tersebut.
“Tapi jika persyaratan-persyaratan itu tidak ada, maka
lockdown menjadi pilihan terbaik, meski mengorbankan kegiatan ekonomi,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: