Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun mengatakan, pernyataan Mahfud MD yang menyebut bahwa
lockdown kurang manusiawi dan tidak efektif merupakan pernyataan yang keliru.
"Pernyataan Mahfud MD itu keliru, saya sedih juga seorang Menko Polhukam bicara keliru seperti ini.
lockdown itu justru kebijakan untuk menyelamatkan manusia, jadi sangat manusiawi," ucap Ubedilah Badrun kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/3).
Bahkan, kata analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta ini, penolakan untuk
lockdown karena mencontoh negara Italia pun juga keliru.
"Logika Mahfud MD ini tidak
scientifict. Menggunakan satu contoh untuk generalisasi tolak
lockdown. Mengapa Mahfud MD tidak mencontoh China yang melakukan
lockdown dan efektif?," kata Ubedilah.
Seharusnya, lanjutnya, Mahfud MD mencontoh
lockdown yang dilakukan oleh China yang berhasil dan jumlah positif Covid-19 menurun.
"Sepertinya saya harus memberitahu pak Mahfud dengan data yang benar. Bahwa saat China melakukan
lockdown ketika total orang yang meninggal baru 25 orang, angka jumlah orang yang positif terus bertambah tinggi saat itu. Tetapi setelah diberlakukan
lockdown, yang terpapar Covid-19 di China mengalami penurunan jumlah orang yang positif corona," jelasnya.
Sedangkan di Italia yang gagal, kata Ubedilah, karena Italia baru memberlakukan
lockdown disaat angkat kematian tinggi.
"Perbedaannya dengan Italia? Italia lelet, mirip Indonesia. Pemerintah Italia baru memberlakukan
lockdown tanggal 11 Maret saat angka yang meninggal dunia sudah mencapai 827 orang. Sementara China mencapai angka 811 orang yang meninggal setelah dua minggu diberlakukan lockdown," beber Ubedilah.
Dengan demikian, Mahfud MD disarankan Ubedilah untuk melihat data keseluruhan dan jangan hanya melihat secara sempit yakni hanya mencontoh Italia.
"Mahfud MD mesti melihat data itu, jelas perbedaannya antara Italia dan China. Jangan jadikan negara yang lelet sebagai acuan apakah
lockdown efektif atau tidak efektif," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: