Pria yang akrab disebut sebagai Presiden Jancukers ini merasa heran dikotomi tersebut masih ada di negeri demokrasi. Baginya, apa yang dilakukan Achmad Yurianto seperti sedang menelanjangi iklim demokrasi di Indonesia.
“Bahwa dalam demokrasi (ternyata) tetap aja ada “kalangan miskin yang menulari dan kalangan kaya sang pelindungâ€. Aku pikir kelas-kelas masyarakat itu cuma ada dalam monarki, sistem yang digempur oleh demokrasi yang berjanji akan meniadakan kelas menjadi kesetaraan," ujarnya seperti dikutip dari akun Twitter
@sujiwotedjo, Minggu (29/3).
Secara satire, Sudjiwotedjo lantas mengatakan bahwa dirinya keliru. Sebab monarki dan demokrasi tidak sama. Di mana dalam monarki, kekuasaan beredar di kalangan darah biru.
Sementara dalam demokrasi, kekuasaan beredar di kalangan darah tajir atau orang miskin yang dibandari kalangan tajir.
“Ternyata demokrasi & monarki memang beda. Heuheuheu," sindirnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.