Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Yusril Ihza Mahendra, Negarawan Sejati Di Tengah Wabah Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Minggu, 05 April 2020, 13:31 WIB
Yusril Ihza Mahendra, Negarawan Sejati Di Tengah Wabah Covid-19
Yusril Ihza Mahendra/Net
rmol news logo Sudah lebih sebulan lalu Covid-19 mengobrak-abrik perasaan masyarakat bangsa Indonesia. Rasa aman dan rasa saling percaya seolah rontok dalam sekejap.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Luka akibat Pilpres 2019 yang sudah mulai sembuh, seperti teriris kembali karena Covid-19.

Masduki Toha baru-baru ini membuat sebuah tulisan viral mengupas sikap Yusril Ihza Mahendra (YIM) yang dia sebut seorang ‘Begawan Hukum Indonesia’.

Masduki yang merupakan mantan Wakil Ketua DPRD Surabaya menilai, YIM sebagai sosok negarawan. YIM yang juga mantan kuasa hukum Jokowi di Pilpres terus menyuarakan pandangan sebagai solusi atas masalah bangsa ini.

Meskipun, kata Masduki, solusi yang ditawarkan YIM tidak dijadikan kebijakan oleh pemerintah.

“Sejak sekira dua bulan lalu ketika tersebar berita tentang adanya serangan virus corona di berbagai negara, sepanjang pengamatan saya, Prof. Yusril adalah tokoh yang paling produktif melalui tulisan-tulisannya,” kata Masduki dalam keterangannya, Minggu (5/4).

Dalam pandangan Masduki, YIM selalu menyampaikan pemikiran, pandangan, saran, masukan bahkan kritik kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan.

Bahkan, dalam setiap kali menyampaikan pandangan dan kritiknya, Yusril selalu memberikan alternatif solusi.

Teriakannya berhenti pada 1 April 2020. Saat itu Presiden Joko Widodo telah mengambil keputusan dalam menghadapi wabah Covid-19. Yakni, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Jalan yang diputuskan presiden berbeda dengan yang diteriakkan Yusril. Yusril lebih merekomendasi lockdown atau karantina wilayah, akan tetapi Presiden memilih PSBB. Walaupun mengandung kesamaan, tetapi sangat jauh berbeda.

“Apakah Yusril kecewa? Mungkin iya. Tapi apakah Yusril marah? Tidak sama sekali. Justru Yusril hari itu mengakhiri berondongan tulisan-tulisannya. Tulisan terakhir Yusril setelah presiden mengumumkan keputusannya, berjudul “Bisakah PSBB Menghadapi Virus Corona?”. Setelah itu Yusril tidak menuliskan (mempublikasikan) lagi pemikiran-pemikirannya,” jelasnya.

Hanya saja, lanjut Masduki, pada alinea terakhir tulisan terakhirnya tersebut Yusril menulis kritik sebagai peringatan kepada pemerintah.

Masduki menyampaikan, selama Presiden Jokowi sebagai pemimpin belum memgambil keputusan, Yusril sekuat tenaga dan pikiran menyampaikan semua hal yang dianggap benar dan baik.

Tidak peduli dia dipuji atau dimaki. Tetapi ketika presiden telah mengambil keputusan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan pemikirannya, Yusril diam.

Yusril punya sikap, keputusan pemimpin negara harus dihargai dan dihormati. Jangan dirongrong. Harus didukung.

“Saya yakin hari ini Yusril adalah orang yang paling tenang dan lega. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bebannya telah ditumpahkan. Tugasnya telah ditunaikan. Usahanya telah dijalankan,” ucapnya.

Tentu Yusril tidak lantas berleha-leha. Sambung Masduki, pikiran dan hatinya pasti terus diperas untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi beberapa waktu kedepan.

“Seandainya kita mampu meniru sikap dan caranya dalam berbangsa dan bernegara, sepertinya bangsa ini akan lebih cepat dewasa. Saya merasa kita memang patut berguru kepadanya, Sang Negarawan Sejati,” pungkas Masduki. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA