Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jokowi Sepelekan Covid-19 Tanpa Pencegahan, Pengamat: Tuhan Sudah Kasih Kesempatan, Inilah Hasilnya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Jumat, 10 April 2020, 19:49 WIB
Jokowi Sepelekan Covid-19 Tanpa Pencegahan, Pengamat: Tuhan Sudah Kasih Kesempatan, Inilah Hasilnya
Presiden Joko Widodo/Net
rmol news logo Presiden Joko Widodo diingatkan bahwa dua bulan sejak sebelum kasus pertama virus corona atau Covid-19 sangat menyepelekan dan tidak melakukan langkah pencegahan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Bagi analis politik Universitas Islam Indonesia (UII), Geradi Yudhistira, tindakan yang dilakukan Presiden Jokowi jauh dari pengumuman kasus pertama di Indonesia harus benar-benar dikritik keras.

"Saya pikir itu sebuah tindakan yang harus dikritik keras, itu karena kita diberikan waktu dua sampai tiga bulan untuk mempersiapkan diri tapi malah mengundang orang-orang asing masuk ke dalam negeri," ucap Geradi Yudhistira kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/4).

Padahal, kata Geradi, pada Januari 2020 di saat belum ada kasus di dalam negeri seharusnya Presiden Jokowi untuk fokus berupaya agar tidak ada penularan virus yang masuk ke Indonesia.

"Seharusnya fokus pemerintah adalah bagaimana supaya tidak ada sebuah penularan di dalam negeri sehingga harus ditutup, tapi yang dilakukan malah sebaliknya, dia malah membuka besar-besaran terutama pariwisata dan insentif tiket dan segala macam," jelasnya.

Logika Presiden Jokowi tersebut, kata dia, sangat berlawan dengan logika kesehatan masyarakat yang seharusnya melakukan pencegahan dibanding mengobati.

"Ini agak sedikit berlawanan dengan logika kesehatan masyarakat ya bahwa sebenarnya kalau kita melakukan karantina sebetulnya yang terbaik adalah ketika kita belum ada kasus di dalam," kata Geradi.

Karantina sebelum ada kasus di dalam negeri, lanjutnya, dapat dilakukan sejak Januari 2020 kemarin di mana beberapa negara di luar negeri telah terpapar.

Namun demikian, logikan tersebut kata Geradi, hanya digunakan oleh para pemerintah daerah di Indonesia dan bukan oleh Presiden Jokowi.

Misalnya seperti di Toli-Toli yang terlebih dahulu melakukan lockdown atau karantina wilayah meskipun belum ditemukan kasus Covid-19 di sana.

"Tindakan lockdown itu menurut saya logika yang tepat. Karena bagaimana caranya supaya melindungi orang-orang yang ada di wilayah tersebut dengan cara jangan sampai ada penularan dari luar. Nah yang dilakukan pemerintah jokowi ini sangat bertentangan dengan itu," tegas Geradi.

"Saya gak tau logika apa yang dibawa dan terbukti dua bulan tiga bulan kita di kasih waktu dikasih Tuhan kesempatan untuk lakukan persiapan tapi tidak dilakukan persiapan dengan matang dan hasilnya seperti ini," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA