Politikus Partai Amanat Nasional ini dengan tegas meragukan program tersebut bisa tepat sasaran. Termasuk bisa memberi manfaat bagi para peserta Kartu Prakerja.
“Soal kartu prakerja, dari sisi
goodwill sebenarnya sudah oke. Tapi melihat rincian programnya, sebagai ekonom Indef saya menyangsikan program-program tersebut efektif dan bermanfaat,†ujar Dradjad kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/4).
Dradjad pun melihat ada ketidaksinkronan yang besar antara modul pelatihan yang ditawarkan dengan latar belakang peserta.
“Contohnya, modul 'Jago Presentasi dalam 90 menit'. Valuasinya Rp 250.000, jadi sudah memakan seperempat dari nilai Rp 1 juta manfaat program ini. Pertanyaannya, apa manfaat modul ini bagi jutaan pengemudi ojol dan tukang bangunan/konstruksi? Banyak lagi
mismatches seperti ini,†bebernya.
Selain itu, berbagai modul keterampilan yang ditawarkan justru bisa dipelajari secara gratis melalui platform
online seperti YouTube dan lainnya.
“Gratis lho! Cuma bayar kuota data saja. Contohnya modul tentang fotografi, memasak, desain, dan sebagainya. Di luar gratis, provider hanya mendapat dari iklan Google atau sumber lain yang kecil. Tapi begitu memakai dana APBN, nilainya Rp 250 ribu!†paparnya.
Dradjad juga mempertanyakan kenapa banyak sekali modul di dalam program ini yang mengajari orang berbisnis atau bekerja
online. Menurut Dradjad, ini mimpi yang terlalu tinggi.
“Memangnya berapa proporsi orang yang sukses
online? Saya tahu sendiri, banyak anak muda yang
startup-nya tidak berkembang. Yang sukses bisa dihitung dengan jari. Padahal mereka lulusan perguruan tinggi top, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia,†jelasnya.
“Apa mereka salah? Tidak. Faktanya memang sebagian bisnis
online raksasa pun
bleeding. Investornya tergolong orang-orang terkaya Indonesia. Bahkan ada yang harus menggerus keuntungan dari bisnis mereka yang lain,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: