Menurut Pigai, pandangan Luhut tersebut terlalu matrealisme dan mengenyampingkan aspek kemanusiaan.
Pandangan Luhut matrealisme, spek kemanusiaan dan nilai spiritualitas jadi terabaikan. Berbahaya karena empati, simpati dan peduli menjadi hampa," tegas Natalius Pigai kepada redaksi, Rabu (15/4).
"Pandangan Luhut membuat hak atas hidup dan kehidupan menjadi nihil, itu potensi besar mengenyampingkan imannya Kristen," tegas Pigai menambahkan.
Sebelumnya, Luhut membandingkan angka kematian Covid-19 di Indonesia yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan AS, di mana data per 14 April 2020, jumlah pasien positif yang dinyatakan meninggal berjumlah 459 orang. Sedangkan di AS, jumlah kematian mencapai 16.047 jiwa. Padahal, kata Luhut, jumlah penduduk kedua negara hanya terpaut 60 juta orang.
Mengkritisi perbandingan purnawirawan Jenderal TNI itu, Pigai berpandangan hal itu terjadi karena negara AS, Italia, dan Spanyol mengutamakan transparansi terhadap data pasien Covid-19.
"Meraka sangat transparan dan pemimpinnya memiliki niat yang tulus untuk menuntaskan wabah virus corona. Mereka melakukan test corona secara masif, sistem informasi terbuka bahkan jujur, sehingga angka kematian menjadi banyak," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: