Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bhima Yudhistira: Kemunculan Anarko Untuk Alihkan Kepentingan Oligarki

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Sabtu, 18 April 2020, 00:15 WIB
Bhima Yudhistira: Kemunculan Anarko Untuk Alihkan Kepentingan Oligarki
Bhima Yudistira/Net
rmol news logo Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengaku melihat adanya kejanggalan beberapa peristiwa belakangan yang merupakan untuk melindungi oligarki.

Peristiwa yang dimaksud Bhima ialah adanya beberapa peristiwa munculnya organisasi anarko yang belakangan diamankan oleh pihak kepolisian.

"Apalagi waktu itu diwacanakan darurat sipil, ini seakan suara protes atau suara kritik ini hampir kemudian diredam dan setelah itu kan muncul yang aneh-aneh gitu ya," ucap Bhima Yudhistira saat diskusi streaming yang diselenggarakan oleh Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS), Jumat (17/4).

Lebih janggal lagi, kata Bhima, kelompok anarko yang diamankan itu dianggap merencanakan sesuatu hal kejahatan dengan barang bukti berupa buku.

"Sejak kapan ada orang baca buku Eka Kurniawan, baca buku Tere Liye itu dianggap menjadi inspirasi Anarko. Aksi masanya Tan Malaka dianggap sebagai inspirasi penjarahan gitu kan. Sejak kapan Tan Malaka berada dalam satu garis Anarko gitu," jelasnya.

Selain itu, kata Bhima, adanya penangkapan yang disebut sebagai ketua anarko pun juga janggal. Lantaran menurutnya, Anarko merupakan organisasi yang tidak memiliki struktur kepengurusan seperti yang disebut ada ketuanya.

"Kemudian penangkapan ketua A1, mana ada Anarko punya ketua gitu, jadi lucu juga. Anarko ini sistemnya di sentralisasi, ada organisasi iya tapi gak mau hirarkis artinya gak ada tuh ketua A1, ketua A2," katanya.

Sehingga, Bhima mengaku melihat adanya kejanggalan dari beberapa peristiwa belakangan ini yang dianggap mengarah untuk melindungi kepentingan oligarki.

"Jadi saya melihat disini ada kejanggalan-kejanggalan yang mengarah pada demokrasi yang di khianati, demokrasi yang ingin di korupsi. Jadi itu masih relevan tesisnya untuk melindungi kepentingan oligarki yang gak mau digeser dananya bahkan di saat terjadinya bencana," pungkas Bhima.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA