Presiden Joko Widodo sempat mengurai alasan kenapa kebijakan itu tidak diambil dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Trans7 pada Rabu (22/4) lalu.
Mulanya, Jokowi menjelaskan bahwa anggaran untuk karantina wilayah, di Jakarta memerlukan Rp 550 miliar per hari dan masyarakat tidak bisa beraktivitas di luar rumah. Sementara untuk Jabodetabek bisa 3 kali lipat per hari.
Namun bukan uang yang jadi masalah. Jokowi menimbang aspek efektivitas, sebeb dia belum mendapatkan referensi negara yang berhasil
lockdown.
“Kita kan juga belajar dari negara-negara lain. Apakah
lockdown itu berhasil menyelesaikan masalah, kan tidak," tanyanya.
Aktivis dari tanah Papua, Natalius Pigai menyergah pertanyaan itu. Dia mendapat referensi negara yang berhasil dan ingin menunjukkan hal tersebut ke Jokowi.
“Pak Jokowi saya mau tunjukkan negara yang
lockdown tapi sukses, tidak ada yg meninggal dunia yaitu Vietnam, negeri yang dekat episentrum Covid-19,†jawabnya kepada redaksi, Jumat (24/4).
Vietnam memang belum memiliki pasien meninggal akibat Covid-19. Bahkan sebaran virusnya tidak lebih dari 300 kasus, yaitu hanya 268 kasus dengan tingkat kesembuhan 83,5 persen atau mencapai 224 kasus.
Atas alasan itu, mantan anggota Komnas HAM itu meminta Jokowi untuk lebih terukur dalam memberi pernyataan di depan publik. Jokowi harus menjaga martabat jabatannya sebagai seorang kepala negara.
“Tolong terukur agar jaga kredibilitas dan martabat sebagai kepala negara RI,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: