Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sembako Tersendat Tas ‘Bantuan Presiden’, Wasekjen Demokrat: Apa Namanya Ini Kalau Bukan Pencitraan?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Rabu, 29 April 2020, 16:25 WIB
Sembako Tersendat Tas ‘Bantuan Presiden’, Wasekjen Demokrat: Apa Namanya Ini Kalau Bukan Pencitraan?
Presiden Joko Widodo saat bagikan sembako/Net
rmol news logo Jutaan bantuan sembako tengah disiapkan pemerintah untuk keluarga miskin dan rentan miskin yang terimbas pandemik Covid-19. Namun distribusi bantuan itu tersendat saat pengepakan.

Alasannya, karena tas merah putih bertulis “Bantuan Presiden” belum rampung dibuat.

Wasekjen DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon tergelitik dengan permasalahan tersebut.

“Hehe, apa namanya ini kalau bukan pencitraan?” sindirnya dalam akun Twitter pribadi sesaat lalu, Rabu (29/4).

Dia lantas menyinggung hal serupa yang terjadi di daerah. Di mana ada kepala daerah dan desa yang pencitraan lewat bantuan. Menurutnya, polah kepala daerah dan desa itu tidak boleh dihujat karena mereka hanya mencontoh pemimpin negeri.

“Orang presiden saja yang sebenarnya tidak lagi butuh "pamor" melakukan hal itu. Mesan bungkusnya sampai ke luar kota lagi,” pungkasnya.

Sebanyak 1,3 juta bantuan sosial untuk keluarga miskin dan rentan miskin tengah dipersiapkan oleh Kementerian Sosial. Nilai bantuan sebesar Rp 300 ribu per paket yang akan disalurkan dua kali dalam sebulan itu disiapkan di sejumlah tempat.

Salah satunya dilakukan PT Food Station Tjipinang Jaya di Pisangan Timur, Jakarta Timur yang kebagian mengepak 277.649 paket bantuan dari Kementerian Sosial.

Paket sembako berupa beras, minyak goreng, sarden, kecap, sambal, susu, hingga teh itu didistribusikan tiap dua pekan selama enam kali periode distribusi oleh PT Pos Indonesia.

Beberapa waktu lalu, pengepakan sempat tersendat karena kantong bertulis "Bantuan Presiden" tidak cukup. Pengepakan sempat hanya 5 ribu bungkus sehari, padahal targetnya 20 ribu paket.

Hal serupa juga terjadi di gudang Marunda Center, Kabupaten Bekasi. Kantong yang belum datang membuat pengepakan berhenti, padahal penyaluran dari gudang ini baru lima persen.

Adapun tas bertulisan "Bantuan Presiden" diambil dari pabrik tekstil di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sritex. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA