Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih kepada wartawan, Kamis (30/4).
Berdasarkan hasil penelitian terkait inventaris udara Jakarta diketahui bahwa sumber pencemaran dominan di ibukota berasal dari sektor transportasi.
"Dengan semakin berkurangnya aktivitas, otomatis semakin berkurang juga emisi yang dikeluarkan. Sehingga kualitas udara akan semakin membaik," ujarnya Kamis (30/4).
Selain itu, Penerapan Work From Home (WFH) sebagai upaya pembatasan aktivitas untuk mengurangi penyebaran Covid-19, juga berpengaruh pada kualitas udara Jakarta. Di mana pada minggu ke 3 hingga 4 penerapan WFH terlihat penurunan konsentrasi maksimum PM 2,5 sebesar 3 hingga 31 persen.
Namun demikian, Andono menambahkan bahwa kualitas udara tidak hanya dipengaruhi oleh sumber pencemar udara saja, faktor lain yang sangat berpengaruh besar yaitu suhu, kecepatan angin, kelembaban, curah hujan.
"Dapat dilihat pada grafik konsentrasi maksimum PM 2,5 saat diterapkannya PSBB sekitar 0,02 persen hingga 35,07 persen di 5 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU). Konsentrasi maksimum PM 2,5 saat PSBB di seluruh SPKU memenuhi Baku Mutu Harian (<65ug/m3)," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.