Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat Seni: Didi Kempot Antitesa Dari K-Pop

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Sabtu, 09 Mei 2020, 12:59 WIB
Pengamat Seni: Didi Kempot Antitesa Dari K-Pop
Didi Kempot/Net
rmol news logo Maestro campursari Didi Kempot lewat karya-karyanya telah mewarnai industri musik tanah air.

Karakter musik khas serta penampilannya yang penuh dengan kesederhanaan membuat almarhum banyak digandrungi oleh semua kalangan lintas generasi.

Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 31 Desember 1966 itu disebut sebagai antitesa dari musik impor dari Korea yang mewabah di dalam negeri, yakni K-Pop.

Demikian disampaikan pengamat seni budaya, Wicaksono Adi saat mengisi diskusi daring yang digelar Populi Center bertajuk "Didi Kempot dan Kita", Sabtu (9/5).

"Didi Kempot ini memang antitesa dari K-Pop, dia (Didi Kempot) tampil apa adanya, sederhana, tidak sombong, dan itu membuat distingsi yang signifikan dengan icon K-Pop," ujar Wicaksono.

Diuraikan, dahulu orang yang menggemari musik dangdut hingga campursari disebut tidak trendy. Namun berbeda setelah The God Father of Broken Heart, begitu Didi Kempot dijuluki, karena karya-karyanya yang melankolia, masuk lokal itu kembali ngetrend di era sekarang.

"Nah, maka orang yang memilih (ngefans) Didi Kempot menjadi ekslusif, menjadi keren. Karena selain terkesan mewakili diri saya (bagi para fansnya) juga ada sesuatu yang unik di situ," kata Wicaksono.

Namun begitu, lanjut Wicaksono, alasan lain kenapa Lord Didi Kempot masih tetap eksis dan digandrungi oleh millenial di era digital seperti sekarang. Hal ini tidak terlepas dari konsistensi pelantun lagu Stasiun Balapan dalam berkarya.

Selain lebih dari 800 lagu diciptakannya, karya-karyanya Didi Kempot yang bertema melankolia itu cenderung mudah dicerna, dinikmati, dan tidak ektrem.

Ditambah lagi, persona kearifan lokal nan sederhana sang mendiang ini melekat serta dekat dengan kebiasaan masyarakat Indonesia sehari.

Lebih jauh daripada itu, dia bersama timnya serta para fans setianya terus mereproduksi karya-karyanya.

"Kekuatan pada Didi Kempot adalah memiliki kesederhanaan. Cara menyampaikan tema melankoli dengan budaya popular yang mudah diterima dengan ringan, bisa dinikmati, tetapi juga tidak ekstrem; tidak ada kritik, tidak ada kemarahan, tidak ada beban-beban ideologis dan misi-misi dibaliknya," tuturnya.

"Budaya popular itu salah satunya adalah reproduksi. Kalau hari ngetren besok udah basi. Karena konsumen butuh, dan kebutuhan itu besar. Didi Kempot hadir dengan cepat, diamplifikasi terus direproduksi oleh konsumen (fans) itu sendiri. Meskipun pihak senimannya (Didi Kempot) atau produser, melakukan desain promosi, perencaan," demikian Wicaksono menambahkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA