Dalam Rapat Terbatas (Ratas) pagi ini, Presiden Joko Widodo membahas kembali soal antisipasi kebutuhan bahan pokok selama masa pandemi ini.
"Ini sudah yang ketiga kali kita bicara soal bahan pokok. Karena urusan stok, ketersediaan dan stabilitas harga ini penting terus kita monitor, setiap hari setiap Minggu," ujar Jokowi dalam Ratas virtual di Istana Bogor, Rabu (13/5).
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan jajarannya soal prediksi Organisasi Pangan dan Pertanian Internasional (Food and Agriculture Organization/FAO), mengenai krisis pangan akibat pandemik Covid-19.
Sebab berdasarkan data Badam Pusat Statistik (BPS), Jokowi mencatat 0,13 persen bahan pangan dalam negeri mengalami deflasi. Hal ini yang membuatnya antisipatif.
"Ini ada indikasi penurunan permintaan bahan-bahan pangan, dan artinya daya beli masyarakat menurun," kata mantan Walikota Solo ini.
Dari beberapa komoditas yang mengalami deflasi, Jokowi menyebutkan bawang merah dan gula pasir.
Ia mengungkapkan, harga rata-rata nasional bawang merah masih di angka Rp 51.000, jauh dari harga acuan untuk bawang merah yaitu Rp 32.000
Sementara gula pasir harga rata-ratanya masih cukup tinggi, yakni masih dikisaran Rp 17.000 sampai Rp17.500. Padahal menurut harga acuannya, gula pasir verada dikisaran harga Rp 12.500.
Karena hal ini, Jokowi meminta jajarannya untuk menganalisis akar permasalahn dari persoalan kenaikan harga dua jenis pangan ini.
"Saya ingin ini dilihat masalahnya ada di mana. Apakah urusan distribusi atau memang stoknya yang kurang, atau ada yang sengaja mempermainkan harga untuk keuntungan yang besar," harapnya.
"Saya betul-betul minta ini di cek di lapangan, dikontrol, sehingga harga semuanya bisa terkendali, dan masyarakat bisa naikkan daya belinya," demikian Joko Widodo.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: