Bagi ekonom senior DR. Rizal Ramli, dorongan untuk mencetak uang itu merupakan hal yang aneh luar biasa. Semakin aneh lantaran Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sudah menolak ide tersebut.
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu sepakat dengan Perry Warjiyo yang menyebut cetak uang sangat berbahaya
“Sebagai contoh 98, Bank Indonesia cetak uang di Australia 100 ribu plastik, nah inflasi pada tahun itu naik 68 persen. Sehingga harga-harga naik tinggi sekali akhinya terjadi perubahan politik,†tegasnya dalam wawancara yang dengan Bravos Radio Indonesia, Rabu (13/5).
Menurutnya, langkah Bank Indonesia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menolak menerbitkan bond sudah tepat. Sebaliknya, di saat keduanya menolak untuk membeli bond, DPR justru menyetujui perppu yang membolehkan.
“Nah ini kan ajaib luar biasa. Bener-bener udah nggak ngerti sok tahu. Nggak ngerti dampaknya,†sambungnya.
Rizal Ramli berkesimpulan bahwa Gus Dur tidak salah saat mengatakan DPR sebagai taman kanak-kanak. Ini lantaran mereka tidak mengerti mengenai penerbitan bond dan cetak uang. Mereka lupa dengan sejara Indonesia.
“Jadi mohon, teman-teman DPR belajar yang bener dulu sebelum ambil keputusan. Jangan kayak istilahnya Gus Dur “kayak anak TKâ€,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: