Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: PSBB Tidak Bisa Diberlakukan Untuk Jangka Panjang, Biayanya Mahal!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Jumat, 15 Mei 2020, 11:31 WIB
Pengamat: PSBB Tidak Bisa Diberlakukan Untuk Jangka Panjang, Biayanya Mahal<i>!</i>
Sirojudin Abbas menilai PSBB tidak bisa diterapkan dalam waktu yang lama/Net
rmol news logo Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah digunakan untuk menekan penyebaran virus corona baru (Covid-19), dinilai tidak bisa diberlakukan dalam waktu yang cukup panjang.

"PSBB tidak bisa diberlakukan untuk jangka panjang, karena biaya penerapan PSBB sangat mahal. Dan ditanggung oleh semua orang," ucap Pengamat Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial, Sirojudin Abbas, saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (15/5).

Direktur Eksekutif Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC) ini mengatakan, PSBB yang telah berjalan di 4 Provinsi dan 72 kabupaten/kota belum bisa dinyatakan berhasil. Sebab, menurut Sirojudin, tolak ukur keberhasilan PSBB tidak bisa hanya dilihat dari aspek kesehatan.  

"Misalnya, penurunan jumlah kasus warga tertular Covid-19," sebutnya.

Jika indikator keberhasilan PSBB hanya dilihat dari aspek kesehatan, jelas Sirojudin, pemerintah pun tidak bisa memastikan kapan wabah akan benar-benar berakhir.

"Sebab, di negara lain yang sempat menyatakan bebas penularan, seperti Korea, Singapura, dan Wuhan sendiri, justru mengalami gelombang kedua atau ketiga kenaikan infeksi Covid-19," beber jebolan University of California Berkeley ini.

Untuk itu dia melihat PSBB tidak bisa dijalankan dalam waktu lama. Sebab sudah dapat terlihat dampaknya sangat terasa di perekonomian rakyat, di mana konsumsi masyarakat menurun dan pertumbuhan ekonomi melambat.

"Berapa besar biaya sosial, ekonomi, dan politik yang sanggup ditanggung masyarakat dan pemerintah?" tegasnya.

Sirojudin pun menyarankan agar pemerintah memberikan pemahaman yang lebih masif lagi kepada masyarakat. Karena, ia berkesimpulan cara itu bisa membuat masyarakat dan negara melawan Covid-19, tapi dengan dampak ekonomi dan sosial yang rendah.

"Oleh sebab itu, indikator perubahan perilaku menjadi penting. Sebab, jika belum ada obat untuk mengatasinya, masyarakat memiliki kemampuan untuk mengontrol penyebarannya. Misalnya dengan melanjutkan gaya hidup sehat yang dipelajari selama periode PSBB," tutur Sirojudin Abbas.

"Misalnya, mengenakan masker, sering cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak personal," demikian Sirojudin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA