Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peran PLTU Dalam Persentase Kematian Akibat Pandemik Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Rabu, 20 Mei 2020, 13:55 WIB
Peran PLTU Dalam Persentase Kematian Akibat Pandemik Covid-19
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sebagai salah satu sumber energi buatan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kerap menuai kritikan karena dinilai tidak ramah lingkungan dan memberi kontribusi terhadap polusi udara di wilayah sekitarnya.

Belakangan, pencemaran udara yang diakibatkan keberadaan PLTU juga dianggap menjadi faktor pendukung terhadap tingkat kematian dalam pandemik virus corona baru (Covid-19) di Indonesia.

Sebab, sejumlah penelitian menemukan satu faktor yang berpotensi memperbesar bahaya virus corona, yaitu polusi udara. Ini tidak lepas dari dampak polusi udara itu sendiri yang mengganggu kesehatan sistem pernapasan manusia.

Sebuah studi dari Harvard University, Amerika Serikat, menunjukkan adanya hubungan secara statistik antara kematian akibat Covid-19 dan penyakit yang dipicu oleh partikel debu PM2,5 dalam jangka waktu yang panjang.

Mereka mencontohkan, Kota Manhattan yang dalam 20 tahun terakhir memiliki konsentrasi partikel debu yang lebih kecil 1 mikrogram permeter kubik saja, kini akan ada 248 orang yang selamat dari pandemik ini. Per 19 Mei 2020, AS adalah negara dengan korban terbanyak di dunia dengan kasus terkonfirmasi 1,5 juta orang dan korban meninggal sejumlah 90.694 orang.

Studi yang sama juga membahas kerentanan yang lebih besar dihadapi oleh masyarakat miskin dan komunitas ras berwarna. Hal ini disebabkan mereka tinggal di daerah terpapar oleh polusi udara yang lebih tinggi.

Studi lain yang dilakukan di Jerman menyebutkan tingginya paparan nitrogendioksida (NO2) di udara dalam jangka panjang dapat memperparah risiko virus corona. Dari total kasus kematian di 66 daerah administratif di Italia, Spanyol, Prancis, dan Jerman, 83 persennya terjadi hanya di lima daerah, yang merupakan lima daerah dengan tingkat polusi udara terparah.

Baik NO2 dan PM2,5 dihasilkan oleh buangan kegiatan manusia. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah PLTU yang memanfaatkan pembakaran batubara.

Nah, di Indonesia terdapat 2 PLTU yang menarik untuk diperhatikan, yaitu PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dan PLTU Jawa 7 di Kabupaten Serang, Banten.

PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing yang memiliki kapasitas 2x150 Megawatt telah beropeorasi sejak 2011. Pasokan batubara diperoleh dari pertambangan batubara di dekat PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing.

"Guna memeriksa polusi udara sebaran di sekitar PLTU, kami memanfaatkan data sebaran NO2 pada lapisan troposfer (permukaan sampai 10 km di atas permukaan) dan SO2 di total kolom vertikal yang berasal dari satelit Sentinel 5P. Sementara citra satelit diperoleh dari planet.com," demikian keterangan tertulis Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Selasa (19/5).

Dalam perbandingan citra satelit PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing di bawah, secara visual dapat diperhatikan perubahan lanskap bentang alam di bagian utara dari vegetasi menjadi perluasan wilayah eksploitasi tambang. Perubahan ini mensyaratkan pengoperasian mesin/kendaraan yang memanfaatkan bahan bakar fosil.

Hasil observasi berdasarkan perbandingan dua citra satelit di atas memiliki kesinambungan dengan distribusi NO2 dan SO2 di daerah sekitar PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing. Pada peta distribusi NO2, terlihat sebaran NO2 mencapai 30-35 µmol/m2.

Angka ini terlihat lebih tinggi daripada daerah sekitarnya, hingga mencapai Kota Prabumulih yang berada di sisi timur PLTU. Buangan NO2 identik dengan ekses pembakaran bahan bakar fosil yang umumnya digunakan kendaraan.

Sementara peta distribusi SO2 memperlihatkan warna yang lebih cerah di sekitar lokasi PLTU. Angka SO2 mencapai sekitar 250-280 µmol/m2. Mirip seperti distribusi NO2 terlihat sebaran SO2 juga mencapai daerah Kota Prabumulih dengan besaran sekitar 280 µmol/m2.

SO2 sendiri identik dengan hasil pembakaran batubara yang biasa dimanfaatkan oleh PLTU.

Sementara di Provinsi Sumatera Selatan, ada 5 daerah yang telah masuk zona merah karena menjadi daerah transmisi lokal. Yaitu Kota Palembang, Kota Prabumulih, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Kota Lubuk Linggau. Dalam kaitannya dengan PLTU Mulut Tambang, Kota Prabumulih sangat dekat (~13 km) dengan PLTU.

Berdasarkan data per 18 Mei 2020, Kota Prabumulih menjadi daerah dengan persentase kematian (rasio jumlah kasus meninggal per kasus positif) tertinggi (16,7 persen), dibanding wilayah di sekitar PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing lainnya. Disusul Kabupaten Muara Enim (12,5 persen), kabupaten lokasi berdirinya PLTU.

"Selain tingkat polusi udara, faktor lain yang kemungkinan menyebabkan tingginya persentase di daerah tersebut adalah kualitas fasilitas kesehatan yang lebih rendah daripada rumah sakit provinsi, misalnya yang berada di Kota Palembang sekalipun memiliki kasus positif tertinggi di Sumatera Selatan. Namun kualitas udara yang kotor tentu saja membuat kondisi kesehatan warga telah mengalami kerentanan dan berpotensi menyediakan kondisi sakit yang parah dan fatal bila terkena virus yang merusak sistem pernapasan," beber AEER.

Berdasarkan data Dinkes Sumsel per 18 Mei 2020, Kota Palembang memiliki 310 kasus positif, 51 orang sembuh, dan 5 orang meninggal (1,6 persen). Tertinggi dari daerah-daerah lain di sekitar PLTU Mulut Tambang Simpang Belimbing.

Disusul Kab Ogan Ilir dengan 40 kasus, 2 orang sembuh, 1 orang meninggal (2,5 persen); Kota Prabumulih ada 18 kasus positif, 4 sembuh, dan 3 meninggal (16,7 persen); Kab Banyuasin 26 positif, 2 sembuh, 3 meninggal (11,5 persen); Kab Muara Enim 8 positif, 1 sembuh, 1 meninggal (12,5 persen). Sementara Kabupaten PALI hingga saat ini masih belum ada kasus positif corona.

Berikutnya adalah PLTU Jawa 7 di Kabupaten Serang, Banten. Dengan kapasitas 2x1.000 Megawatt menjadikan PLTU ini salah satu yang terbesar di Indonesia. PLTU ini adalah bagian dari program pemerintah meningkatkan kapasitas listik 35.000 MW di Indonesia dan telah beroperasi sejak Desember tahun lalu.

Melalui citra satelit yang diambil sebelum dan setelah dimulainya operasi PLTU Jawa 7, dapat diketahui bahwa perbedaan keduanya terlihat pada ketersediaan stok batubara yang berada di wilayah PLTU, tepatnya area berwarna hitam di sisi timur dekat pantai.

Lokasi PLTU Jawa 7 yaitu Kabupaten Serang masih terdampak konsentrasi NO2 yang tinggi. Berdasarkan distribusi NO2 di wilayah sekitar PLTU Jawa 7 dapat terlihat konsentrasi NO2 di Kota dan Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak dengan nilai mencapai 100 µmol/m2.

Nilai SO2 di sekitar lokasi PLTU Jawa 7 juga lebih tinggi daripada area sekitarnya, terlihat di peta distribusi SO2 yang ditandai oleh warna yang lebih cerah. Besaran di daerah tersebut sekitar 700-800 µmol/m2.

Terkait dengan pandemik Covid-19 di Banten, saat ini 3 daerah dengan angka kasus tertinggi adalah Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang memiliki persentase kasus kematian 8-11 persen.

Tingginya angka kematian dapat terjadi karena pengaruh konsentrasi NO2 di udara. Bahkan setelah WFH dan PSBB diberlakukan, berdasarkan peta di atas, angka NO2 di tiga daerah tersebut masih tinggi dengan 60-70 µmol/m2.

Sementara itu Kota dan Kabupaten Serang serta Kota Cilegon bisa dibilang masih memiliki jumlah kasus terkonfirmasi dan korban meninggal yang kecil. Namun persentase kematian di Kota Serang sendiri lebih besar dibanding Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.

Faktor yang kemungkinan menjadi penyebabnya lagi-lagi adalah kualitas fasilitas kesehatan lokal dan peningkatan risiko Covid-19 akibat polusi udara.

Menurut data resmi Pemprov Banten per 18 Mei 2020, Kota Serang yang memiliki 8 kasus positif, 3 sembuh, dan 1 meninggal ini memiliki persentase kematian tertinggi yaitu 12,5 persen.

Persentase kematian tertinggi berikutnya adalah Tangerang Selatan dengan 11,6 persen. Tangsel tercatat memiliki 171 kasus positif, 29 sembuh, dan 20 meninggal. Sementara di Kota Tangerang memiliki 294 positif, 115 sembuh, dan 26 meninggal (8,8 persen). Disusul Kabupaten Tangerang dengan 129 positif, 45 sembuh, dan 11 meninggal (8,5 persen).

Tinjauan singkat polusi udara di dua daerah di atas dapat menjadi kajian lebih lanjut untuk mitigasi virus corona terkait dengan kondisi polusi udara.

PLTU yang memanfaatkan pembakaran batubara adalah salah satu kontributor utama polusi udara yang memperparah kondisi sistem pernapasan maupun sistem sirkulasi darah (jantung).

Oleh karena itu, usaha-usaha untuk mengurangi polusi udara pun harusnya menjadi bagian dari upaya mengurangi risiko virus corona. Dalam jangka pendek, penghentian sementara industri nonesensial dan kegiatan di luar rumah dapat meminimalisir emisi beracun ke udara.

"Setelah perang dengan virus ini berakhir, kita mesti mempertimbangkan moda produksi energi yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan keselamatan hidup warga manapun di masa depan," demikian pernyataan AEER. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA