Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Evariste Ndayishimiye Dari Partai Berkuasa Menangkan Pemilihan Presiden Burundi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 26 Mei 2020, 12:49 WIB
Evariste Ndayishimiye Dari Partai Berkuasa Menangkan Pemilihan Presiden Burundi
Jenderal Evariste Ndayishimiye, Presiden Burundi yang baru telah menjadi Sekretaris Jenderal partai CNDD-FDD yang berkuasa sejak 2016/Net
rmol news logo Kandidat presiden partai berkuasa (CNDD-FDD) Burundi, Evariste Ndayishimiye, telah dinyatakan sebagai pemenang pemilihan dengan perolehan 68,72 persen suara, setelah tuduhan kecurangan oleh penantang oposisi terkemuka.

Komisi pemilihan mengatakan bahwa saingan utama Ndayishimiye, Agathon Rwasa dari Dewan Kebebasan Nasional (CNL), meraih 24,19 persen suara minggu lalu yang menghasilkan 87,7 persen suara pemilih.

Ketua Komisi Pierre Claver Kazihise mengatakan jumlah pemilihnya 'besar' dan pemilihan berlangsung damai.

Pemungutan suara yang berlangsung pada 20 Mei lalu adalah untuk menggantikan Presiden Pierre Nkurunziza. Serangkaian kekerasan politik termasuk penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan aktivis oposisi, beberapa kali terjadi sebelumnya di tengah persaingan sengit para pendukungnya, menurut kelompok hak asasi setempat, seperti dilansir Reuters, Selasa (26/5).

Ada juga kontroversi mengenai penyelenggaraan pemilu selama krisis virus corona.

Ratusan warga Burundi terbunuh dan ratusan ribu orang lari ke pengasingan setelah kerusuhan seputar pemilu pada 2015 lalu, ketika oposisi menuduh Nkurunziza melanggar kesepakatan damai.

Rwanda sebelumnya mengatakan dia akan membawa pengaduannya ke pengadilan konstitusi, meskipun itu penuh dengan sekutu presiden.

Lima kandidat lain juga ikut dalam pemilihan, di mana 5,11 juta pemilih terdaftar berhak untuk berpartisipasi.

Pertumbuhan ekonomi terhenti dan kekerasan politik biasa terjadi. Antara Januari dan Maret, Ligue Iteka, sebuah kelompok hak asasi Burundi di pengasingan, mendokumentasikan 67 pembunuhan, termasuk 14 eksekusi di luar pengadilan, dan enam penghilangan.

Tidak ada komentar dari pemerintah, yang sebelumnya membantah tuduhan pelanggaran HAM.

Ndayishimiye yang terkenal dengan sapaan 'Neva', menghabiskan sebagian besar karirnya di militer sebelum bergabung dengan politik. Dia adalah seorang mahasiswa muda di Universitas Burundi ketika perang saudara dimulai pada tahun 1993.

Perang saudara itu nyaris merenggut nyawanya ketika sebuah kelompok milisi Tutsi menyerang kampus hukum dan membunuh puluhan siswa.
Perang saudara, yang berlangsung 13 tahun itu, merenggut nyawa 300.000 orang.

Ketika perang berkecamuk, Ndayishimiye, yang telah bergabung dengan milisi Hutu, perlahan-lahan naik pangkat melalui partai CNDD-FDD. Partai itu kemudian menghadiahinya jabatan sebagai negosiator utama pada 2003, dalam perundingan gencatan senjata yang mengakhiri konflik pada 2006.

Burundi telah berjuang dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Banyak donor internasional menangguhkan bantuan ke Burundi setelah pemilu 2015, yang menyebabkan kelangkaan mata uang asing.

"Baik presiden yang akan datang dan kandidat oposisi Agathon Rwasa  telah bertempur dalam perang saudara, tapi saat ini mereka mengatakan mereka berusaha untuk memperjuangkan demokrasi, tetapi masih harus dilihat apakah mereka akan menerapkan hal-hal ini," ujar seorang jurnalis Burundi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA