Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketum PP Muhammadiyah: Keren Tanpa Prank

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Sabtu, 30 Mei 2020, 13:36 WIB
Ketum PP Muhammadiyah: Keren Tanpa Prank
Ilustrasi/Net
rmol news logo Prank atau gurauan yang kerap digunakan oleh generasi millenial seyogyanya dilakukan dalam batas wajar. Hal ini agar tidak menimbulkan kegaduhan.

Ada beberapa peristiwa yang bermula dari prank dan berujung gaduh akibat keisengan yang tidak dilakukan dalam batas wajar serta pada tempatnya. Juga, sampai merugikan orang lain.

Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam cuitan akun Twitter pribadinya beberapa saat lalu, Sabtu (30/5).

"Bercanda itu boleh dan manusiawi. Manusia itu homo ludens, makhluk bermain. Kita menjadi rileks dengan bercanda. Para kyai dan ustaz juga suka bercanda. Namun canda tetap ada batasnya, yakni kewajaran," ucap Haedar Nashir.

Menurut Haedar Nashir, gurauan juga perlu akhlak atau moral dan sopan santun. Artinya, tidak serta-merta semaunya diri sendiri untuk melakukan tindakan gurauan yang disebut Prank itu.

"Karena kita hidup dengan orang lain dan ada tatanan agama, moral, dan budaya luhur yang harus diindahkan bersama. Manusia di manapun tidak hidup sendiri. Di negara modern pun ada tatakrama. Ada tatanan sosial bersama yang harus diikuti atau jadi bingkai berperilaku," ujarnya.

Tidak sedikit kaum milenial terjerat kasus aduan ke polisi akibat prank. Misalnya, di NTB ada beberapa anak remaja melakukan prank seolah positif Covid-19, yang membuat para petugas kesehatan di rumah sakit panik.

Polisi akhirnya menciduk para remaja iseng itu. Jadi heboh.

Menurut Haedar, prank bisa menjadi tidak boleh dan masalah ketika melewati batas. Ketika mengusili orang yang cenderung memperolok, menggunjing, mempermainkan, dan merendahkan harga diri atau nama baiknya akan menjadi prank yang bermasalah.

Apalagi, sambungnya, candaan yang membuat suasana panik, gaduh, dan heboh seperti canda bom, kena positif corona, dan sejenisnya.

"Malah bila kebablasan bisa jadi perkara hukum dan memicu konfik antar sesama. Di sinilah pentingnya batas bercanda," tuturnya.

Lebih jauh, Haedar Nashir menyatakan, bukan berarti tidak boleh bercanda dalam konteks yang wajar dan mengarah pada hal-hal yang kreatif dan inovatif namun tetap positif. Sebab, kaum milenial itu mempunyaai potensi yang luar biasa.

"Silakan ada keriangan dan canda yang wajar dalam berinteraksi. Lebih jauh buka ruang terbuka untuk kreatif dan inovatif. Tapi arahkan ke hal-hal yang positif dan produktif," katanya.

Misalnya, berkreasi dengan IT jadilah ahli IT yang sukses seperti Jeff Bezos, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan para milyarder dunia yang kaya karena kreasi berteknologi informasi.

Juga jadi kaum profesional dan ilmuwan terbaik, serta para inovator maju di berbagai negeri termasuk di Indonesia seperti BJ Habibie.

"Jangan jadi anak muda prank, yang membawa masalah. Gunakan IT dan medsos untuk hidup maju dan sukses. Itulah sosok milenial hebat. Milenial keren yang sesungguhnya," jelasnya.

"Anak muda dan generasi milenial Indonesia boleh keren dengan ilmu, kreasi, dan inovasi. Itu keren yang membanggakan. Tapi jangan keren karena prank, yang menyebar virus gaduh di muka umum. Nanti rugi sendiri, dan merugikan orang lain!," demikian Haedar Nashir.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA