Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Mata Politisi, Buya Syafii Maarif Adalah Negarawan Sejati Yang Konsisten Antara Kata Dan Laku

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Minggu, 31 Mei 2020, 05:41 WIB
Di Mata Politisi, Buya Syafii Maarif Adalah Negarawan Sejati Yang Konsisten Antara Kata Dan Laku
Buya Syafii Maarif/Net
rmol news logo Ahmad Syafii Maarif atau karib disapa Buya Syafii genap menginjak usia 85 tahun pada hari ini, Minggu (31/5).

Sosok Buya Syafii Maarif sebagai guru bangsa sangat melekat bagi semua kalangan. Termasuk kalangan politisi di Indonesia. Gagasan-gagasan otentik tentang agama, sosial, politik, kebangsaan, dan kemanusiaan universal yang dimiliki Buya, patut menjadi tauladan bagi semua anak bangsa.

Politikus PDI Perjuangan, Andreas Pariera memiliki kisah tersendiri tentang Buya Syafii saat kuliah di Jerman pada era 1990-an. Terutama saat Uskup Agung yang bertemu dengannya bercerita tentang sosok Ahmad Syafii Maarif dari Indonesia di forum internasional.

Selain itu, ia juga mengaku kagum dengan sosok pria kelahiran 31 Mei 1935 di Sumpurkudus, Sijunjung, Sumatera Barat itu. Terutama pemikiran inklusif dan keteguhan sikapnya yang konsisten berpihak kepada kemanusiaan dan tidak mudah tergoda kekuasaan.

"Saya lebih senang menyebut dengan guru bangsa, karena dengan pemikiran-pemikirannya lintas kelompok, generasi, dan juga keberpihakannya terhadap kaum yang marginal," ujar Andreas dalam acara peringatan ulang tahun Buya Syafii Maarif ke-85 bertajuk "Mencari Negarawan", Sabtu malam (30/5).

"Hal lain yang sangat saya kagumi lagi dari beliau yaitu 'jaga jarak' terhadap kekuasaan. Beliau berpihak kepada kebenaran, objektivitas dalam persoalan. Itu yang saya ketahui tentang sosok Buya Syafii Maarif. Saya kira patut kita contoh. Beliau tidak mudah diiming-imingi kekuasaan," imbuhnya.

Tak jauh berbeda dengan Sekjen PSI, Raja Juli Antoni. Ia mengaku sangat akrab dengan sosok Buya Syafii. Dia mengaku memiliki kisah tersendiri serta menyaksikan kesederhanaan dan kejujuran Buya Syafii. Hal itu lantaran ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) saat Buya Syafii menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah.

"Saya menyaksikan secara langsung keanggunan moral seorang Buya Syafii Maarif," kata Antoni.

Menurut Antoni, gagasan kontekstualisasi ajaran Islam dalam konteks Indonesia yang demokratis dan selaras dengan kemanusiaan, menjadi prinsip yang tetap dipegang teguh Buya Syafii hingga saat ini.

"Buya menganjurkan kepada kami anak-anak muda untuk menjadikan Islam keindonesiaan dan kemanusiaan sebagai satu hal yang bersifat integral," ujarnya.

"Bagaimana menjadikan Islam, Indonesia, dan kemanusiaan menjadi satu tarikan napas untuk menjadi bekal anak-anak muda bergerak," tambah Antoni.  
Antoni mengaku saat diamanahkan menjadi Direktur Eksekutif Maarif Institute, lembaga riset yang didirikan Buya Syafii, hingga akhirnya terjun ke kancah politik, dia selalu meminta izin dan doa kepada Buya Syafii. Bahkan, landasan dan cita-cita partai yang dibesarkannya itu selaras dengan apa yang diperjuangkan Maarif Institute.

"Partai yang saya dirikan ini (PSI) sebenarnya meneruskan apa yang saya perjuangkan di Maarif Institute. Ketika Maarif Institute berjuang di area kultural, maka PSI berjuang di area struktural. Pertama mengkampanyekan demokrasi, HAM, kita melawan intoleransi. Kedua, kita memerangi korupsi," beber Antoni.

Sementara itu, di mata politikus PAN, Saleh Partaonan Daulay, Buya Syafii Maarif merupakan pribadi dan sosok negarawan sejati yang luar biasa. Buya Syafii, kata Saleh, layak menjadi panutan bagi semua anak bangsa.

Selain memiliki kisah tersendiri dengan Buya saat menjadi Direktur Program di Maarif Institute, Saleh Daulay melihat keteguhan dan konsistensi gagasan pemikiran inklusif yang selaras dengan tutur kata dan laku Buya Syafii.

Lanjut Saleh, hingga detik ini, sosok Buya Syafii Maarif patut menjadi cerminan bagi semua anak bangsa.

"Apa yang dikatakan oleh Buya Syafii itu konsisten. Buya sering bilang ke kita bahwa 'Harus konsisten antara kata dan laku'. Terus terang saja sangat jarang orang yang seperti Buya di jaman seperti sekarang ini," tuturnya.

"Mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk menemukan sosok yang seperti Buya yang kita cintai," demikian Saleh Daulay yang juga mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA