Penelitian ini menggunakan metode dari software Astramaya yang dikembangkan oleh Drone Emprit yang berfungsi untuk melakukan analisa big data yang muncul dari percakapan di berbagai media sosial dan media daring.
Dari hasil penelitian tersebut, LP3ES mencatat adanya dinamika reaksi dari warganet. Pada periode pertama analisa (5-13 Mei), atau sejak penandatanganan Perpres kenaikan BPJS Kesehatan, mereka yang punya sentimen positif lebih besar dibanding yang memiliki sentimen negatif, yakni 54% berbanding 42%.
“Namun pada periode kedua (14-25 Mei) terjadi lonjakan peningkatan sentimen negatif yaitu separuh warganet (50%) memiliki sentimen negatif terhadap kebijakan ini. Lebih besar daripada mereka yang positif (44%),†papar Center for Media and Democracy, LP3ES Wijayanto lewat siaran persnya, Minggu (31/5).
Dalam penelitian, kata Wijayanto, tampak bahwa pemberitaan media daring yang menjadikan topik ini sebagai
headline ikut membawa pengaruh pada lonjakan sentimen negatif.
“Dengan kata lain, media arus utama secara umum memiliki sentimen negatif pada kenaikan ini. Salah satu cuitan yang paling banyak diretweet adalah justru dari akun media daring yang berjudul: '
Iuran BPJS Naik Lagi, Masyarakat Kena Prank Jokowi',†bebernya.
Selain itu, dari sisi emosi, yang paling menonjol adalahberkaitan dengan kepercayaan atau
trust, namun dalam pengertian negatif.
“
Distrust yaitu sebanyak 5.800 postingan. Ini berjalan beriring dengan
distrust publik dalam penangangan corona. Artinya kebijakan ini justru menerbitkan
distrust yang semakin tinggi kepada pemerintah, setelah
distrust<,/i> terkait penangangan corona,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: