Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Putut Prabantoro: Matinya American Dream Momentum Wujudkan New Indonesia Berdaulat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Senin, 08 Juni 2020, 13:55 WIB
Putut Prabantoro: Matinya American Dream Momentum Wujudkan New Indonesia Berdaulat
AM Putut Prabantoro (kemeja putih) Saat menjadi narasumber tentang Indomesia Raya Incorporated (IRI) di Universitas Riau, Mei 2017/Ist
rmol news logo Amerika Serikat berpotensi kehilangan pemimpin tertingginya jika huru hara di negeri tersebut tidak dapat dihentikan.

Begitu tegas alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro kepada wartawan, Senin (8/6).

Menurutnya Amerika Serikat akan mengalami apa yang oleh orang Jawa disebut dengan “ara-eru kedawa-dawa ing Amerika, kratone suwung tanpa ratu” atau huru hara yang berkepanjangan di Amerika, membuat keraton kosong tanpa raja”.

Negara adi daya ini tidak hanya kehilangan presidennya tetapi juga sulit mendapatkan penggantinya. Jikapun ada, penggantinya tidak secara sukarela menduduki posisi tersebut karena lima alasan utama.  

Alasannya, sambung Putut, adalah siapapun yang akan menjadi Presiden Amerika harus menghadapi ujian berat. Yaitu menghentikan demo nasional, menyediakan pekerjaan bagi 40 juta pengangguran akibat pandemik Covid-19, memberi makan kepada rakyatnya, menyelesaikan beban utang sebesar 25 triliun dolar AS, dan pemulihan ekonomi nasional secara cepat.

Atas dasar itu, Putut Prabantoro meminta agar Indonesia bisa mengambil pelajaran secara bijaksana dan tidak lagi mengagungkan “American Dream” yang menjadi dasar berkembangnya ekonomi kapitalisme.

Indonesia harus kembali ke nilai luhurnya gotong royong dan meyakini. sistem ekonomi Pancasila sebagaimana yang menjadi amanat Pasal 33 UUD 1945 (asli) merupakan sistem ekonomi yang paling sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

“Meskipun secara konstitutif, Indonesia menganut sistem ekonomi sendiri, yakni Sistem Ekonomi Pancasila, pada praktiknya ekonomi Indonesia menganut paham kapitalisme. Tambahan dua pasal sebagai amandemen pada Pasal 33 UUD 1945 (amandemen) menjelaskan adanya campur tangan pihak asing dalam mengatur perekonomian Indonesia dengan memasukan kapitalisme,” ujar Putut Prabantoro.

Menurutnya, dalam kurun tahun 1999 hingga 2002, National Democratic Institution (NDI) di bawah Partai Demokrat Amerika Serikat telah mengeluarkan 45 juta dolar AS untuk mengawal amandemen konstitusi Indonesia.

Sebanyak 82,5 persen isi amandemen UUD 1945 mengandung paham liberal yang bertentangan dengan nilai luhur Pancasila. Dalam konteks ini, sebagai konsekuensi dari konstitusi yang diamandemen, ada 61 UU sebagai produk hukum turunan. Ini sebenarnya tidak sesuai lagi dengan cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa dalam Pembukaan UUD 1945.

Perguruan Tinggi di Indonesia sangat kurang mengajarkan kepada para mahasiswa tentang Sistem Ekonomi Pancasila dan lebih menekankan sistem ekonomi kapitalis. Dosen lebih mengajar ekonomi kompetitif yang menjadi dasar dari ekonomi kapitalisme dibanding dengan usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan sebagaimana termuat dalam Pasal 33 UUD 1945.

“Kalau sistem ekonomi Pancasila menjadi konsen bersama, Indonesia harusnya sudah berdaulat, mandiri dan kuat dalam ekonomi,” ujar ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) itu.

Adapun American Dream, bagi Putut Prabantoro, merupakan visi dari warga negara Amerika dalam mewujudkan kehidupannya.

Mimpi ini berakar pada Deklarasi Kemerdekaan dan juga Konstitusi Amerika Serikat. Dalam Deklarasi Kemerdekaan AS disebutkan, bahwa “semua manusia diciptakan sama” dengan hak untuk “hidup, kebebasan dan mengejar kebahagiaan”.  Sementara Konstitusi Amerika dalam pembukaannya mengatakan, “mengamankan Berkah Kebebasan Untuk Diri Kita Sendiri dan Keturunan Kita”.

Salah satu penulis AS, James Truslow Adams dalam bukunya Epic Of Amerika (1931) memperjelas American Dream dengan mengatakan, “mimpi tentang tanah di mana hidup harus lebih baik dan lebih kaya dan lebih lengkap untuk semua orang, dengan kesempatan untuk masing-masing sesuai dengan kemampuan” atau prestasi  terlepas dari kelas sosial atau keadaan kelahiran”.

Dalam American Dream, masih menurutnya, tidak dikenal istilah gotong royong. Warga AS hidup secara individual. Mengingat warga negara AS awal adalah para pendatang dari berbagai bangsa dan negara, kompetisi adalah kata yang paling dominan dalam mewujudkan American Dream.

“Kompetisi  untuk mewujudkan American Dream dengan menjadi kaya dan bahagia kemudian menjadi jati diri bangsa AS,” ujarnya lebih lanjut.  

Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) ini menilai, salah satu kegagalan AS  dalam menghadapi pandemik Covid adalah tidak adanya gotong royong di antara mereka. Masing-masing ingin menyelamatkan diri secara individu. Parahnya lagi, selain kehilangan pekerjaan sebagai dampak dari pandemi, masyarakat AS masih harus menghadapi beban utang pribadi, yang selama ini membiaya “hidup bahagia” sebagai wujud dari American Dream.

Sekalipun memiliki mobil, meminta tunjangan makan dari pemerintahnya merupakan pemandangan yang umum dalam masa pendemik ini.

Selain karena utang 27 triliun dolar AS, AS  mengalami kehancuran ekonominya akibat pandemik. Sejak pandemi tercatat ada 40 juta pengangguran di mana 55 persennya adalah perempuan. Angka pengangguran ini naik dari 4,4 persen (Maret 2020) menjadi 14,7 persen (Mei 2020). Selain itu, 1) dari 5 rumah tangga kekurangan pangan dan 6,1 juta self worker (pekerja informal) meminta tunjangan pengangguran.

“Suramnya masa depan masyarakat AS juga diperparah dengan huru hara secara nasional di AS,” tegasnya.

New “habitus baru” normal, menurutnya, harus dijadikan momentum untuk mewujudkan The New Indonesia yang mandiri dan berdaulat. Para pemimpin bangsa yang memahami karakter bangsanya, mewariskan nilai usaha bersama dalam asas kekeluargaan untuk sistem ekonomi Indonesia.

“Kesalahan bangsa Indonesia adalah mengekor sistem kapitalisme seperti yang dilihat di Amerika,” demikian Putut Prabantoro. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA