Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tulis Surat Terbuka Untuk Nadiem Makarim, Pimpinan DPRD DKI: Semoga Mas Menteri Sempat Baca

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Senin, 15 Juni 2020, 08:46 WIB
Tulis Surat Terbuka Untuk Nadiem Makarim, Pimpinan DPRD DKI: Semoga Mas Menteri Sempat Baca
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, mengirim Surat Terbuka untuk Nadiem Makarim/Istimewa
rmol news logo Pandemik Covid-19 yang melanda Indonesia, memaksa seluruh peserta didik untuk melakukan pembelajaran melalui metode jarak jauh.

Meski begitu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, dinilai belum memberikan solusi yang jelas dan tepat agar proses belajar jarak jauh bisa maksimal.

Melihat kondisi tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Zita Anjani, mengirimkan Surat Terbuka untuk Nadiem Makarim.

"Kita belum ada panduan yang jelas. Kasihan anak-anak. Apalagi dari keluarga yang tidak mampu. BLT dari pemerintah habis buat hidup, bagaimana mau beli paket internet. Anak-anak bisa depresi dan trauma," kata Zita kepada Kantor Berita Politik RMOLJakarta, Senin (15/6).

Zita meyakini kalau Nadiem sudah memiliki gagasan. Namun, dirinya tetap berharap Mendikbud menyempatkan diri untuk membaca surat terbukanya dan membuka dialog seluas-luasnya dengan seluruh stakeholder pendidikan.

"Kami tahu Mas Menteri sibuk. Kalau sempat, baca surat saya. Itu curhatan panjang dari emak-emak yang saya dengar hampir setiap hari," lanjut politikus PAN itu.

"Di DKI, kami sudah coba dorong apa yang kami bisa, namun kuncinya ada di pemerintah pusat. Tidak mungkin daerah bikin kurikulum sendiri. Julak-juknis kan harus dari pemerintah pusat. Kami harap Mas Menteri membuka ruang bicara seluas-luasnya hari ini," tutup Zita.

Berikut kutipan Surat Terbuka yang ditulis Zita untuk Mendikbud Nadiem Makarim:

Surat Terbuka Untuk Mas Menteri Nadiem

"Cara Terbaik Mendidik Anak Adalah Dengan Kasih Sayang"

Yang saya hormati Mas Menteri Nadiem. Saya memanggil begitu, karena Mas Menteri yang memintanya. Tentunya, tidak lah sulit bagi saya memenuhi permintaan dari seorang pejabat tinggi di negara yang sangat saya cintai ini.

Mas Menteri yang dulu saya kenal sudah berbeda dengan Mas Menteri yang sekarang. Dulunya, CEO-nya tukang ojek, sekarang sudah menjadi CEO-nya guru-guru. Urusannya beda, masalahnya juga beda

Saya ini seorang Ibu, sekaligus seorang pengajar taman kanak-kanak. Saya habiskan waktu di dalam dan luar rumah lebih banyak bersama anak-anak. Saya sudah tidak lihat lagi ada beda, mana anak saya, mana anak orang lain. Yang jelas, semua anak perlu untuk disayangi. Itu yang mereka inginkan. Itu pula satu-satunya jalan memasuki dunia mereka

Mencintai anak tentunya tidak dapat mencabutnya dari dunianya. Bermain, belajar, dan mengenali peran dan statusnya. Pendidikan bukan hanya soal mengikuti kurikulum, tambah-kurang, bagi-bagi, juga kali-kali, apalagi critical thinking yang selalu Mas Menteri kampanyekan kemana-mana. Lebih daripada itu, anak-anak harus dicintai di dalam berbagai situasi

Sekarang, Covid-19 membuat kita semua mesti berpikir lebih jauh. Semua media kita untuk menyampaikan afeksi sudah tidak lagi bekerja. Rasa cinta dan sayang tidak lagi dikirimkan lewat cara yang biasa. Kami harap Mas Nadiem menjadi juru selamat untuk seluruh anak Indonesia

Banyak dari anak-anak sudah tidak lagi fokus dan temperamental dalam situasi ini di dalam rumah. Orang berada, mungkin, tidak lah terlalu sulit memenuhi keinginannya.

Namun, orang-orang tua biasa yang harus menunggu BLT dari pemerintah, tentunya tidak akan mampu berpikir soal paket internet anaknya. Ini tentunya parah sekali, berpikir saja sudah tidak mampu. Anak pun pasti ikut merasakan cemas, trauma, dan takut

Bahaya sekali bila anak-anak merasa tidak dicintai oleh negaranya. Mereka akan tumbuh sebagai generasi yang dapat diisi oleh berbagai paham apapun. Ketika negara banyak berkampanye soal Pancasila, UUD 1945, dan antiradikalisme, namun sebagian warganya tumbuh tanpa merasakan cinta dan sayang dari negara. Ini ironis.

Saya berharap Mas Nadiem segera bertindak, kurangi beban berat yang harus dipikul oleh anak-anak. Datang lah ke rumah kami, berikan kepastian untuk anak-anak yang kami cintai. Kami ingin mereka kembali tersenyum, hadirkan kembali dunianya, meski tidak lagi seperti dahulu. Istilahnya bisa macam-macam. Mas Menteri dan jajaran tentunya jauh lebih pintar membuat konsep. Maka, kami berharap Mas Menteri juga bisa memberi lebih banyak kasih sayang kepada anak-anak Indonesia

Siapkan pedoman bagi pendidik hadapi new normal. Berikan bekal yang cukup dan terukur. Bila situasi memungkinkan ke sekolah, kita buka sekolah, namun bila mengharuskan kembali belajar dari rumah, semuanya harus jadi lebih siap

Sebagai pendidik, kami ingin ada panduan yang jelas untuk belajar jarak jauh, berapa jam harus belajar online, aplikasi yang digunakan apa, sampai berapa besar subsidi Kuota Internet (DiKI). Bahkan, yang tidak punya gadget canggih pun harusnya dapat menikmati haknya. New normal jangan sampai mengakibatkan new problem dan new discrimination

Kami ingin anak-anak merasa dicintai, tidak iri dengan sebagian kawannya yang berpunya, mampu membeli pelayanan pendidikan terbaik dari pihak swasta, yang lebih besar perhatian dan baik pelayanannya. Namun bagaimana dengan yang tidak mampu?

Besar harapan kami kepada Mas Menteri, semoga sehat selalu dalam bekerja. Anak-anak kami menantikan cinta dari Mas Menteri yang mereka sangat sayangi

Zita Anjani
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta
Inisiator Bunda Pintar Indonesia
rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA