Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Era New Normal, Lahirkan Percepatan Disrupsi Media

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Kamis, 18 Juni 2020, 01:10 WIB
Era <i>New Normal</i>, Lahirkan Percepatan Disrupsi Media
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis/Net
rmol news logo Besarnya kebutuhan untuk mendapatkan layanan internet yang mumpuni menjadi fenomena baru dalam tatanan kehidupan. Melalui media sosial, warganet menyampaikan keluh kesah yang sedang dirasakan.

Begitu dikatakan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis saat menjadi pembicara dalam diskusi webinar dengan tema “Peran Media Dalam Menghadapi Tatanan Kehidupan Global New Normal” di Jakarta (17/6).  

“Sebuah perubahan hidup dasar masyrakat saat ini. Masyarakat di suguhkan dengan kemudahan dengan adanya kebutuhan baru yaitu internet,” kata Yuliandre.

Menurut Yuliandre, bedasarkan data yang di himpun Nielsen di semester awal tahun 2020, penetrasi penggunaan media sosial mencapai 80 persen, Sedangkan media mainstream seperti televisi di peringkat dua dengan 77 persen.

Lanjutnya, peran media di tengah proses adaptasi ke tatanan normal baru sangat vital. Pemerintah dalam hal ini yang tidak bisa bekerja sendiri untuk mesosialisasikan tahapan adaptasi hingga edukasi dari sebuah keakuratan informasi.

“Media dalam new normal saat ini menjadi penting, paling utama adalah media wajib memberikan asupan informasi yang bersifat edukasi dan ajakan menyesuaikan diri sehingga media diharapkan dapat mendistribusikan informasi yang sesuai dengan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan,” jelasnya.

Di samping itu, Yuliandre menekankan bahwa media wajib memiliki peran dan fungsinya sebagai wahana informasi terkait protokol kesehatan. Ini dirasa perlu dengan harapan media dapat menekan rasa panik wabah Covid-19.

“Informasi yang membangkitkan kesadaran sosial, pemberitaan yang meningkatkan rasa optimisme sehingga menumbuhkan rasa percaya diri masyarakat di tengah kehidupan era baru ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia, Yadi Hendriana mengatakan, Indonesia sudah memasuki bulan ketiga memasuki pandemik Covid-19 dan pola komunikasi pemerintah yang kurang tanggap dan terkesan gagap semestinya sudah tepat.

Menurut Yadi, media dan pemerintah mempunyai titik fokus yang sama, masa pandemi ini etika dan regulasi penyampaian informasi ke masyarakat harus menimbang berbagai dampak.

“Media juga mendorong bagaimana pemerintah mengambil sikap untuk menyampaikan informasi dalam kaidah jurnalistik yang tepat,” kata Yadi.

Senada dengan Yuliandre, Yadi mengungkapkan, saat pandemik Covid-19 ini memberikan pengaruh sangat besar ke televisi. Dari Market share yang ada, penetrasi penonton televisi melonjak tajam hingga mencapai 18 persen.

“Dampaknya besar ke televisi, karena kita tidak lagi meraskan TV share audience diatas 18 persen. Pandemik ini membawa Covid-19 era Televisi berjaya lagi,” ungkapnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA