Sebab dalam wawancara itu, dia mengenakan masker bergambar karakter bermulut lebar dan gigi tajam di bagian atas dan sedang menjulurkan lidah atau melet. Masker yang dinilai banyak pihak tidak etis.
Bagi Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah gaya itu juga menunjukkan ketidakpekaan Gibran pada situasi dan kondisi tempatnya berada.
"Ketidakpekaan Gibran membedakan situasi dan kondisi, menandai kedewasaan Gibran prematur," ujarnya saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Selasa (23/6).
Menurut pengamat politik jebolan Universitas Telkom ini, Gibran yang ingin meraih simpati publik di Pilwalkot Solo itu seharusnya lebih bersikap arif dan menjaga integritasnya.
"Secara personal sah-sah saja, hanya dalam kondisi tertentu seharusnya dapat menyesuaikan," kata Dedi Kurnia Syah.
Lebih lanjut, Dedi Kurnia menilai wajar apabila publik memperhatikannya dan sebagian menganggap tidak etis. Pasalnya, ayah dari Jan Ethes itu sedang berusaha menjadi tokoh publik.
"Terlebih ekspresi ketokohan Gibran akan selalu diperhatikan oleh publik. Padahal, itu penting bagi kepemimpinan Gibran jika memang nanti dipercaya memimpin," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: