Ini bukan fenomena baru, dan setidaknya pernah diungkapkan wartawan senior Amerika Serikat, Bill D. Moyers, dalam bukunya “
The Conversation Continues†yang terbit di tahun 2011.
Antara lain di dalam buku itu dijelaskan hasil sebuah survei mengenai siapa wartawan yang paling kredibel di mata publik Amerika Serikat. Menurut survei itu yang paling berpengaruh adalah Jon Stewart, seorang komedian yang mengelola talkshow satiris
The Daily Show.
“Bahkan di saat new media belum begitu merasuk sekalipun publik Amerika menganggap tokon non jurnalis sebagai sumber berita yang paling kredibel,†ujar Pemimpin Redaksi
IDN Times, Uni Z. Lubis ketika berbicara dalam diskusi virtual yang diselenggarakan
Smart FM bertajuk "Pening dan Pentingnya Media", Sabtu pagi (27/6).
“Jon Stewart dalam program
The Daily Show dianggap dapat memberikan konteks,†sambung Uni Lubis.
Soal rendahnya kemampuan membangun konteks inilah yang menurut Uni Lubis menjadi persoalan utama dalam praktik kewartawanan hari-hari ini.
“Kritik terhadap jurnalis saat ini jangan hanya meliput saat konferensi pers atau hanya jadi tukang catat. Jurnalis banya yang sekadar menjadi tukang catat, tapi tidak memberikan konteks melalui tulisannya,†kata Uni Lubis lagi.
Diskusi yang dipandu Ichsan Loulembah itu juga menghadirkan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat dan pendiri
CekNRicek Ilham Bintang, Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jakarta dan CEO
RMOL Network Teguh Santosa, juga Penasehat Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan pendiri
Tirto.id, serta Pemimpin Redaksi
Metro TV dan mantan anggota DPR RI periode 2014-2019, Arief Suditomo.
Uni Lubis juga mengatakan, penting bagi pengelola media untuk memastikan bahwa wartawan yang bekerja di perusahaan media memahami kode etik jurnalistik.
Uni Lubis juga mengatakan, media yang dikelolanya juga terdampak oleh pandemi Covid-19, terutama divisi event yang selama ini banyak mengelola kegiatan off line.
“Tetapi selama ini kontribusinya terhadap revenue tidak sampai 10 persen. Jadi yang lain
so far OK,†ujar Uni Lubis.
Dia mengatakan, model bisnis sangat menentukan prusahaan media untuk survive. Kalau hanya mengandalkan satu revenue stream, misalnya hanya tergantung pada iklan, situasi pandemi pasti sangat memukul.
Uni Lubis juga mengatakan, bisnis yang ramping juga sangat membantu untuk bisa bertahan dalam situasi pandemi.
“Situasi itu tentu memberi spirit kepada tim untuk tetap produktif,†ujarnya lagi sambil menambahkan performa terbaik
IDN Times antara lain terjadi di bulan April saat pandemi Covid-19.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.