Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jangan Sampai Antiklimaks, Jokowi Harus Segera Tuntaskan Kejengkelannya Dengan Merombak Kabinet

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Kamis, 02 Juli 2020, 14:46 WIB
Jangan Sampai Antiklimaks, Jokowi Harus Segera Tuntaskan Kejengkelannya Dengan Merombak Kabinet
Pemerhati politik sekaligus Direktur Mahara Leadership, Iwel Sastra/Dok
rmol news logo Seorang kepala negara kalau sudah menunjukkan rasa jengkelnya kepada publik, itu menandakan bahwa rasa jengkelnya itu sudah sangat luar biasa.

Kemarahan besar Presiden Joko Widodo kepada para menteri saat sidang paripurna kabinet di Istana Negara, Kamis (18/6), menunjukkan kepala negara memiliki rasa jengkel yang luar biasa kepada para pembantunya, sehingga dia merasa publik harus tahu.

Pemerhati politik sekaligus Direktur Mahara Leadership, Iwel Sastra mengatakan, jengkelnya Jokowi bisa dilihat dari dua sudut, yaitu sudut komunikasi organisasi, dan sudut komunikasi publik.

Dari sudut komunikasi organisasi, ini menunjukkan bahwa komunikasi dalam organisasi pemerintahan Jokowi tidak berjalan dengan baik. Artinya, para pembantu presiden tidak bisa menjalankan arahan-arahan yang diberikan, atau sebaliknya mereka tidak bisa memberikan usulan yang brilian kepada presiden.

"Terutama saat ini dalam menghadapi krisis, mulai dari krisis kesehatan hingga krisis ekonomi akibat Covid-19," ujar Iwel Sastra kepada Kantor berita Politik RMOL, Kamis (2/7).

Komunikasi yang seharusnya bisa dilakukan di tingkat internal sepertinya tidak berjalan dengan baik, sehingga membuat presiden merasa perlu untuk mengungkapkan rasa jengkelnya kepada publik.

Dari sudut komunikasi publik, lanjut Iwel Sastra, bisa dilihat ada dua hal yang ingin disampaikan presiden. Pertama, presiden ingin mengatakan kepada rakyat bahwa dia memiliki kepedulian terhadap persoalan yang ada sekarang ini.

Karena inti dari kemarahan presiden tersebut adalah dia menganggap para pembantunya tidak memiliki sense of crisis di tengah pandemik Covid-19. Makanya muncul kalimat 'saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa nggak punya perasaan? Suasana ini krisis'.

Kedua, kejengkelan kepada para menteri secara terbuka ini dapat dibaca bahwa presiden sedang memberikan pesan kepada publik bahwa dia memiliki Kepedulian terhadap rakyat.

Dari kejengkelan ini, menunjukkan bahwa para menteri bukanlah orang-orang yang memiliki kompetensi yang baik dalam membantu presiden. Sehingga presiden seakan-akan meminta dukungan dari rakyat akan melakukan perombakan terhadap kabinet.

"Saya sebagai pengamat mau mengomentari kejengkelan presiden ini jadi serba salah, mau mengkritisi tapi kasihan juga dengan presiden yang sepertinya lelah dalam menghadapi sikap para menteri. Jadi saya akan membantu presiden mendapatkan solusi," ucap Iwel Sastra.

Menurutnya, solusi yang harus dilakukan oleh presiden adalah pertama, presiden jangan hanya sekedar gertak untuk melakukan perombakan kabinet, kalau memang ada menteri yang tidak memiliki kompetensi dan kinerjanya selama ini tidak baik, sebaiknya segera saja diganti.

Kedua, dalam situasi sekarang presiden harus segera mengambil keputusan yang sangat cermat dan cepat karena masalah krisis kesehatan dan krisis ekonomi dampak pandemi Covid-19 ini berlarut-larut dan lama sekali. Beberapa kota besar sudah menjalani PSBB namun hasilnya masih nihil. Masih ada yang masuk zona merah bahkan zona hitam.

"Tidak bisa lagi pemikiran biasa-biasa saja dalam mengatasi masalah ini, presiden harus memiliki pemikiran yang luar biasa atau bahasa anak mudanya 'out of the box' dalam mengatasi masalah ini dan tentu juga harus dibantu oleh para menteri yang juga memiliki pemikiran yang luar biasa dalam mengatasi persoalan ini," terang Iwel Sastra.

Kasihan rakyat di bawah sudah banyak yang menderita. Sebelum pandemik sudah ada diantara mereka yang hidupnya sulit, sekarang semakin sulit. Dan semasa pandemik, banyak kepala keluarga yang kena PHK, banyak yang gajinya dipotong setengah atau kemudian ada yang mendadak jadi pengangguran, punya pekerjaan tapi tidak menghasilkan.

"Presiden sudah mengungkapkan kejengkelan kepada publik jangan sampai antiklimaks, kejengkelan itu harus dituntaskan dengan benar-benar segera mengevaluasi dan merombak para menteri yang tidak memiliki kompetensi saat krisis seperti sekarang ini," demikian Iwel Sastra. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA