Hal itu tercermin dalam keputusan mempublikasi video pidato presiden selang 10 hari setelah sidang kabinet bersama para menterinya.
"Bisa diduga bahwa presiden serius ingin melakukan
reshuffle kabinet tetapi dengan melihat respons publik terlebih dahulu," kata pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (3/7).
Keputusan tersebut tentu memiliki risiko bagi istana. Ketika unggahan video kemarahan presiden tak berdampak apapun, kata Igor, akan ada krisis kewibawaan presiden itu sendiri.
"Akan ada krisis kewibawaan dari presiden, yang berujung pada guyonan, sindiran, bahkan hujatan kepada kepala negara. Di sini reputasi Jokowi sebenarnya dipertaruhkan," tegasnya.
"Jadi, di-
publish-nya video itu harus dapat mencerminkan keinginan kuat presiden menggunakan hak prerogatifnya melakukan
reshuffle kabinet untuk perbaikan kinerja kabinet di periode keduanya ini," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: