Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Calon Tunggal Di Tengah Corona, Anggota DPR: Ini Lahan Empuk Bagi Petahana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 06 Juli 2020, 16:52 WIB
Calon Tunggal Di Tengah Corona, Anggota DPR: Ini Lahan Empuk Bagi Petahana
Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PAN, Guspardi Gaus/Net
rmol news logo Pasangan calon tunggal pada pemilihan kepala saerah (Pilkada) serentak diprediksi bakal meningkat di tahun 2020 ini.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PAN, Guspardi Gaus mengatakan penyebabnya adalah ruang interaksi sosial untuk kampanye terbatasi akibat pandemik Covid-19. Keadaan itu membuat parpol lebih memilih bakal calon yang sudah punya bekal elektabilitas tinggi dan sumber daya yang kuat.

Menurutnya, dampak negatif dari pandemik juga membuat sumber daya yang dimiliki para calon lawan di daerah semakin mengecil. Modal mereka untuk mengikuti pesta demokrasi tidak signifikan sehingga opsi mundur dari perhelatan pilkada menjadi pilihan.

"Tak menafikan keadaan pandemik bisa berakibat terjadinya calon tunggal di Pilkada 2020. Hal ini bisa menjadi kesempatan empuk bagi petahana dan keluarga untuk mengikuti kembali pilkada dengan cara meraup dukungan semua partai di daerah, sehingga tidak ada lagi calon sebagai pesaing," ujar Guspardi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (6/7).

Legislator asal Sumatera Barat ini mengkritik adanya cara tersebut. Pasalnya, bisa berdampak buruk bagi pendidikan politik masyarakat. Masyarakat disuguhi cara pandang politik yang mengedepankan menang adalah pilihan. Padahal, adu gagasan untuk kemaslahatan daerah adalah esensi dari digelarnya pilkada.

"Pemilu dalam demokrasi itu apa? Itu kan pertarungan antara satu kandidat dengan kandidat yang lain, bukan antara satu kotak dengan kandidat atau sebaliknya," bebernya.

Dia mengungkapkan masyarakat masih sering menjadi korban akibat buruknya pola persaingan politik oleh para kandidat kepala daerah. Contoh nyata untuk hal ini adalah politik uang yang masih menjadi siasat terselubung oleh para kandidat. Padahal, hal itu berefek buruk bagi demokrasi.

Fenomena calon tunggal yang memanfaatkan situasi pandemik untuk maju sendirian di pilkada menambah daftar metode culas yang berdampak buruk bagi demokrasi tersebut.

Guspardi mendesak agar cara seperti itu tak dilakukan jika ingin membangun daerah dengan baik.

"Saya sebagai anggota DPR tentu mengimbau kepada masyarakat, kepada para tokoh, apalagi para petinggi partai untuk menghindari calon tunggal itu," tegasnya.

"Kita kan harusnya adu konsep, adu gagasan mau dibawa ke mana daerah, mau dibawa ke mana masyarakat," tutup Guspardi menambahkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA