"Tentang penenggelaman, semangat kami menenggelamkan kalau ada kapal-kapal itu tidak mau dihentikan ya ditenggelamkan. Hanya saja kami tidak mau bergeming di publik bahwa seolah-olah (hanya menenggelamkan kapal)," ungkap Edhy Prabowo saat Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (6/7).
"Pekerjaan kita banyak yang lebih mulia, banyak yang harus kita tangani," imbuhnya menegaskan.
Alasan lain yakni Edhy tidak mau berkoar-koar di media tentang penenggelaman kapal karena memang ia menghindari penenggelaman kapal. Usut punya usut, untuk melakukan penenggelaman kapal ternyata membutuhkan uang yang tidak sedikit.
"Menenggelamkan kapal itu butuh biaya lagi setelah putusan pengadilan. Rp 50 juta sampai Rp 100 juta harus ada biaya menenggelamkan lagi. Ngebornya, bakarnya, nyari tempatnya, ngumpulin orangnya, ngumpulin medianya, konsumsi dan sebagainya," ungkapnya.
Meski demikian, Edhy Prabowo menegaskan bukan berarti dia tidak menertibkan kapal-kapal 'bandel' yang masuk ke perairan Indonesia.
"Dari 53 kapal yang kami tangkap, 30 kami tangkap dari Natuna," tukasnya.
Pernyataan menteri asal Gerindra itu pun diapresiasi Ketua Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Sudin. Dia sepakat bahwa penenggelaman kapal merusak dan mencemari lingkungan.
"Saya setuju. Kalau masih bisa dimanfaatkan (tak perlu ditenggelamkan). Lagipula penenggelaman kapal itu kan merusak lingkungan. Yang namanya kapal pasti ada mesin, walaupun dikuras enggak mungkin bersih," demikian Sudin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: