Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengakui bahwa lonjakan kasus per kemarin memang membuat masyarakat kaget. Namun menurutnya, angka-angka itu tidak bisa dipahami sebagai suatu kondisi yang buruk.
"Artinya memang kalau dari segi jumlah jelas naik. Tetapi tidak bisa diinterpretasi bahwa lebih buruk," ungkap Zubairi Djoerban saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/7).
Alasannya, Gurubesar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menilai berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang membandingkan antara jumlah pemeriksaan spesimen dengan hasil positif yang ditemukan, untuk menentukan suatu wilayah semakin membaik.
"Menurut WHO, yang bisa dibilang program terlaksana dengan baik itu kalau positifnya 5 persen paling banyak (dari total pemeriksaan spesimen)," ungkapnya.
Lebih jelas lagi, Zubairi Djoerban memberikan permisalan dari lonjakan kasus positif kemarin. Di mana jumlah kasus positif tambahan adalah 2.657 dari total pemeriksaan spesimen 23.832. Artinya persentse positifnya (positifity rate) sekitar 9 persen.
"Kalau begitu berarti agak banyak untuk rata-rata Indonesia. Artinya kita memang belum. Kan bulan Mei itu 12 persen, dan Juni 11 persen, kalau ini kan kira-kira sekitar 9 persen, turun dikit tapi masih jauh dari 5 persen," demikian Zubairi Djoerban.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.