Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Stafsus Menkeu: RUU Ciptaker Jangan Ditelan Pada Diskursus Kerdil Dan Tidak Sehat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 27 Juli 2020, 17:51 WIB
Stafsus Menkeu: RUU Ciptaker Jangan Ditelan Pada Diskursus Kerdil Dan Tidak Sehat
Staf khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo/Net
rmol news logo Diskursus soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja tidak bisa dilihat secara kerdil dan mengerucut pada isu-isu tertentu, melainkan harus dilihat secara komprehensif terutama di tengah situasi ekonomi di masa pandemik Covid-19.

Demikian disampaikan Staf khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo dalam rilis survei 'Penilaian Publik Terhadap RUU Cipta Kerja dan Penanganan Dampak Covid-19' Cyrus Network yang dipaparkan secara virtual, Senin (27/7).

"Narasi kontra dalam konteks RUU Cipta Kerja ini jangan tertelan dalam diskursus yang kerdil, mengerucut, dan tidak sehat. Seolah-olah Ciptaker hanya merusak lingkungan saja, hanya bicara soal pengebirian hak buruh saja misalnya. Padahal, kalau dilihat dalam konteks saat ini RUU Cipta Kerja justru bisa menjadi jawaban atas permasalahan ekonomi di tengah pandemik ini," kata Yustinus.

Kondisi ekonomi di tengah pandemik Covid-19 ini, kata Yustinus, membuat negara tak bisa hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga dan spending negara saja. Krisis yang ditimbulkan karena pandemik membuat kedua instrumen tersebut terbatas untuk menopang ekonomi Indonesia.

"Investasi baru adalah instrumen yang bisa jadi tumpuan ekonomi. Perbaikan kemudahan berusaha serta inklusi UMKM yang lebih besar dan ada di RUU Cipta Kerja kalau dilihat secara komprehensif justru bisa jadi jawaban, terlepas dari pro kontra yang ada," ujarnya.

Meski demikian, Yustinus menyadari bahwa saat ini pemerintah dan DPR yang masih membahas RUU Cipta Kerja harus memberikan pemahaman dan sosialisasi yang lebih baik lagi terkait beleid ini.

“Ada gap antara pemahaman dengan persepsi publik terhadap isu ini. Literasi publik dan awareness harus dipertajam, sosialisasi juga harus terus dilakukan karena ada harapan dari masyarakat," jelas Yustinus.

Dalam survei Cyrus Network, tingkat pengetahuan responden terkait RUU Cipta Kerja mencapai angka 20,7% dari total seluruh responden. Tercatat, 80% dari responden yang pernah mendengar soal pembahasan RUU Cipta Kerja tersebut, merasa memang perlu ada penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya oleh pemerintah.

Bahkan, sebanyak 85% responden sadar dan setuju bahwa penciptaan lapangan kerja perlu dilakukan dengan mempermudah syarat masuknya investasi dan pendirian usaha di Indonesia.

Cyrus Network melaksanakan survei pada tanggal 16-20 Juli 2020 yang dilakukan secara tatap muka. Survei ini mencuplik responden sebanyak 1,230 orang dan tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error dari survei ini sebesar +/- 2,85%. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA