Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin merasa aneh jika pemerintah dan Pertamina tidak kunjung menurunkan harga BBM.
Menurutnya, jika harga minyak dunia anjlok dan harga BBM tak kunjung turun maka patut diduga ada sesuatu di balik semua ini.
"Dulu pemerintah mengatakan bahwa harga minyak menyesiaikan harga pasar. Ketika harga di pasar naik, harga minyak pun naik. Namun anehnya ketika harga minyak dunia turun, harga minyak di Indonesia tak diturunkan?" kata Ujang Komarudin kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Kamis (30/7).
"Ini sepertinya pemerintah sedang aksi ambil untung untuk di pejabat, sekarat di rakyat," imbuhnya.
Ujang Komarudin juga menyayangkan sikap pasif dari Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang terkesan memilih diam dari fluktuasi harga minyak dunia yang semestinya diikuti penurunan harga BBM.
"Ahok juga tak ada fungsinya, harusnya sudah bisa membantu menurunkan harga minyak. Yang terjadi justru tak bisa apa-apa," ujar dia.
Lebih lanjut, Ujang menyesalkan sikap pemerintah dan Pertamina yang terkesan tidak prihatin melihat kondisi masyarakat Indonesia yang saat ini tengah menghadapi masa sulit akibat terdampak pandemik Covid-19.
"Karena rakyat hidupnya sedang susah. Perlu uluran dan bantuan negara. Negara harus hadir di tengah-tengah rakyat yang sedang terkena wabah Covid-19. Yang terjadi justru negara abai, terhadap urusan perut rakyat," demikian Ujang Komarudin.
Sekadar informasi, harga minyak dunia kembali anjlok pada perdagangan, Kamis (30/7) waktu Indonesia. Penurunan dipicu akibat lonjakan kasus baru Covid-19 global sehingga memicu kekhawatiran pelaku pasar akan merosotnya permintaan bahan bakar.
Dikutip dari Bloomberg pada Rabu kemarin, pukul 08.58 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman September 2020 turun 0,16 persen ke level 43,68 dolar AS per barel.
Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman September 2020, turun 0,15 persen ke 41,22 dolar AS per barel. Kedua harga minyak patokan tersebut berada di wilayah stagnan setelah sejumlah negara melaporkan lonjakan kasus Covid-19, Rabu (29/7).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: