Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Ancaman Resesi, Pemerintah Jangan Buat Kebijakan Memberatkan Masyarakat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Selasa, 04 Agustus 2020, 00:58 WIB
Di Tengah Ancaman Resesi, Pemerintah Jangan Buat Kebijakan Memberatkan Masyarakat
Wakil KEtua MPR, Lestari Moerdijat/Net
rmol news logo Pemerintah diminta tidak memberlakukan peraturan yang memberatkan masyarakat di tengah situasi pandemik virus corona baru (Covid-19) dan ancaman resesi ekonomi.

"Ancaman pandemik Covid-19 dan resesi ekonomi sebaiknya diantisipasi dengan tidak mengeluarkan aturan yang justru memberatkan masyarakat," kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Senin (3/8).

Lestari mencontohkan kebijakan yang dinilai memberatkan adalah penerapan pembatasan nomor kendaraan ganjil genap di DKI Jakarta.

Diberitakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginginkan perusahaan dan karyawan menyesuaikan sistem ganjil genap. Karyawan diharapkan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) bila nomor polisi kendaraannya tidak sesuai dengan tanggal ganjil atau genap.

Kebijakan tersebut mengundang reaksi dari kalangan pengusaha.

Pengusaha menilai, menyesuaikan WFH dengan kebijakan ganjil genap sulit dilaksanakan. Karena pengusaha sebenarnya sudah menyesuaikan jadwal dan menerapkan WFH pada sebagian karyawannya selama pandemik, sesuai dengan pola kerja dan karakteristik setiap perusahaan.

“Saya kira Pemprov DKI perlu mengevaluasi hasil kebijakan ganjil genap di era pandemi selama beberapa hari penerapan. Jangan sampai, kebijakan tersebut justru memberatkan masyarakat atau memicu ledakan kasus baru,” ujar Rerie.

Hingga Minggu (2/8) sore tercatat ada 1.519 kasus baru. Sehingga total kasus virus corona di Indonesia menjadi 111.455 orang.

Sedangkan positivity rate Covid-19 di Jakarta mencapai 7,1 persen dalam sepekan terakhir. Di tingkat nasional, positivity rate-nya lebih tinggi lagi yaitu 14,8 persen.

Selain itu, tingkat kematian atau case fatality rate akibat Covid-19 di Indonesia 4,7 persen. Angka kematian di Indonesia ini lebih tinggi 0,8 persen dari angka kematian global.

Sementara itu, dari sisi ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 diprediksi minus 4 persen- 6 persen.

Berdasarkan kondisi tersebut, Rerie menyarankan pemerintah fokus dalam membuat kebijakan. Saat ini, tegasnya, pertambahan kasus covid baru masih terus bergerak naik dan ekonomi dibayangi mengalami pertumbuhan minus.

“Pandangan saya pada kondisi saat ini kebijakan pemerintah harus fokus pada mendorong perbaikan ekonomi dan mitigasi penyebaran Covid-19,” tegas Rerie.

Dalam penanganan Covid-19, menurut Rerie, perlu menajemen organisasi yang baik dalam menerapkan kebijakan untuk mengendalikan virus korona itu.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA