Demikian disampaikan pengamat politik yang juga Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (5/8).
"Menariknya dimana? Karena Jokowi orang Solo yang dikenal
high context. Jarang sekali marah dengan tone yang tinggi dan
to the point. Tapi ini sudah berkali-kali dan straight to the point," ujar Abdul Hamid.
Alasan Jokowi marah sudah jelas, dan publik tahu. Yaitu, kinerja yang buruknya kinerja para menteri terkait penanganan Covid-19.
Tapi kenapa para menteri tidak merespons cepat perintah Presiden, bahkan cenderung berulang.
Menurut hemat Abdul Hamid, ada dua persoalan mendasar yang melatarbelakanginya.
Pertama, banyak menteri yang menduduki jabatan tersebut tanpa basis keilmuan dan kompetensi yang mumpuni. Misalnya, Mendukbid Nadiem Makarim yang tidak mempunyai background pendidikan.
"Dan itu, banyak menteri-menteri yang lain yang serupa," ucapnya.
Kedua, mental birokrasi yang terbiasa
copas alias
copy paste program, dan lamban.
Tidak terbiasa berpikir dan bertindak
out of the box, dan cepat. Sehingga menghadapi pandemik yang menuntut kreatifitas dan akselerasi, mereka tidak bisa.
"Karena mental birokrasi itu kalau bisa lambat kenapa harus dipercepat? Kalau bisa dikerjaian ramai-ramai kenapa harus sendirian dan lain-lain," tutur Abdul Hamid.
Ditegaskannya, dua persoalan mendasar itulah yang membuat Presiden doyan marah-marah.
"Solusinya bagaimana? Saya kira
reshuffle kabinet sudah sangat urgen. Pilih orang punya kompetensi dan bisa akseleratif," demikian Abdul Hamid.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: