Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Laju Ekonomi Indonesia Dipengaruhi Harga Komoditas Dan Kondisi Mitra Dagang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Rabu, 05 Agustus 2020, 15:21 WIB
Laju Ekonomi Indonesia Dipengaruhi Harga Komoditas Dan Kondisi Mitra Dagang
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto/Net
rmol news logo Perekonomian di seluruh negara ambruk, akibat hantaman pandemik Covid-19. Sejumlah komoditas ekonomi hancur lebur, hingga berujung pada resesi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Untuk Indonesia sendiri, harga komoditas migas dan hasil tambang di pasar internasional secara umum mengalami penurunan baik quartal to quartal (q to q) atau year on year (yoy).

Demikian yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto ketika menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 secara virtual, Rabu (5/8).

"Misalnya, salah satu contoh, harga minyak mentah Indonesia atau ICP, pada triwulan I 2020 masih 52,07 dolar AS per barel. Tapi pada triwulan II 2020 harganya jatuh jadi 27,67 dolar AS per barel atau mengalami penurunan sebesar 46,26 persen (q to q),” ujar Suhariyanto.

Pihaknya kemudian membandingkan dengan triwulan kedua pada tahun 2019, di mana penurunan kali ini lebih tajam lagi sebesar 57,90 persen.
 
"Harga komoditas hasil tambang internasional, sepeti timah, aluminum, tembaga, pada triwulan kedua ini juga mengalami penurunan. Baik q to q atau yoy," imbuhnya.

Sementara itu, harga komoditas pangan seperti gandum, kepala sawit, kedelai, juga mengalami penurunan namun secara quartal to quartal. Namun secara year on year (YoY) disebutkan masih mengalami peningkatan.

Selain itu, anjloknya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga disebabkan karena sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Indonesia mengalami penurunan ekonomi yang cukup tajam.

"Ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada triwulan 2 ini mengalami kontraksi. Kecuali Tiongkok. Kalau kita lihat, pangsa ekspor Indonesia, di mana yang menduduki peringkat I adalah Tiongkok, di mana ekspornya 20,82 persen. Pada triwulan 1 mengalami kontraksi cukup dalam minus 6,8 persen. Tapi sudah ada recovery, sehingga pada triwulan 2 ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2 persen,” jelasnya.

Selain Tiongkok yang menjadi mitra dagang Indonesia, Amerika Serikat juga mengalami hal yang sama. Di mana pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat anjlok di angka minus 9,5persen. Serta beberapa negara lainnya, seperti Singapura, Vietnam, dan juga Hongkong.

"AS, yang merupakan pangsa ekspor nomor 2 dengan pangsa ekspor sebesar 14,2 persen, mengalami kontraksi sebesar 9,5 persen. Demikian juga dengan Singapura, pangsa ekspor ke sana sebesar 5,70 persen, pada triwulan II ini mengalami kontraksi minus 12,6 persen. Korsel juga kontraksi minus 2,9 persen. Vietnam masih tumbuh meskipun tipis, yaitu 0,4 persen," bebernya.

"Sementara Hongkong, selama dua triwulan berturut juga mengalmai kontraksi demikian juga dengan Uni Eropa yang pada triwulan dua ini mengalami kontraksi cukup dalam, 14,5 persen," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA