Pengamat politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah mengurai bahwa pandangan pertama yang muncul adalah kenyataan bahwa Gerindra tidak memiliki kader potensial untuk memimpin partai.
"Dan ini sekaligus menandai gagalnya Gerindra dalam pengkaderan," ujarnya saat berbincang dengan
, Minggu (9/8).
Sementara pandangan kedua adalah dugaan bahwa Prabowo masih penasaran atas kekalahannya di kontestasi politik di Pilpres 2014 dan 2019, sehingga akan kembali bertarung di 2024.
"Dan dengan tetap menduduki posisi ketum, kesempatan itu lebih mudah dicapai. Meskipun memang, Prabowo hingga hari ini masih menjadi faktor keterpilihan Gerindra," pungkas Dedi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: