Ahli epidemiologi dan biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Pandu Riono menegaskan bahwa penggunaan itu menyesatkan. Sebab sebaran corona sangat dipengaruhi oleh mobilitas penduduk.
"Kuning bukan berarti kuning, hijau bukan berarti hijau. Kuning atau hijau bisa sesungguhnya merah. Kenapa? Risiko penularan Covid-19 sangat dipengaruhi mobilitas penduduk," ungkap Pandu seperti yang dikutip Redaksi, Minggu (9/8).
Menurut Pandu, daerah yang diberi warna kuning ataupun oranye tidak bisa serta merta disimpulkan bahwa di daerah tersebut memiliki resiko penularan yang lebih rendah dibandingkan warna merah.
Ditambah lagi, saat ini banyak daerah yang memiliki kapasitas Tes PCR sangat terbatas. Bahkan ada yang sengaja tidak tes untuk mencegah wilayahnya jadi merah jelang pilkada.
"Keputusan (pemerintah) izinkan kegiatan penduduk potensial berisiko tinggi, janganlah berbasis warna zona. Waspada!" tegas Pandu mengingatkan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: