Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Setelah Jalan Kaki 1.812 KM, 170 Petani Dari Deli Serdang Siap “Nginep” Di Depan Kantor Jokowi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Minggu, 09 Agustus 2020, 13:17 WIB
Setelah Jalan Kaki 1.812 KM, 170 Petani Dari Deli Serdang Siap “Nginep” Di Depan Kantor Jokowi
Ratusan petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) Desa Simalingkar dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB) Desa Sei Mencirim saat berjalan kaki ke Jakarta/Net
rmol news logo Sebanyak 170 petani yang berjalan kaki dari Desa Simalingkar dan Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara ke DKI Jakarta akan menggeruduk Istana Merdeka, Jakarta pada Senin (10/8) besok.

Ratusan petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) Desa Simalingkar dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB) Desa Sei Mencirim itu akan kembali berjalan kaki dari tempat bermalamnya di Kantor Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI), Gatot Soebroto, Jakarta Selatan ke Istana Merdeka pada pukul 08.00 WIB.

"Kita kemungkinan jam 8 pagi jalan kaki menuju Istana," ujar koordinator lapangan, Aris Wiyono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/8).

Saat di Istana nanti, Aris berharap Presiden Joko Widodo bisa menemui mereka untuk mendengarkan keluhan dan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat di dua desa di Deli Serdang.

"Yang jelas konflik agraria di Sumut ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan seorang gubernur ataupun bupati di sana, ataupun juga seorang menteri di Jakarta. Melihat semua itu, maka mau tidak mau kami akan bertenda di depan Istana, sampai presiden mau menemui kami kemudian fokus persoalan ini," tegasnya.

Aris pun mengaku belum mengetahui apakah Presiden Jokowi akan menemui mereka atau tidak. Namun demikian, dia mengaku akan menggelar tenda hingga Presiden Jokowi komitmen untuk memberikan kepastian hukum atas tanah yang telah digusur oleh BUMN, yakni PT Perkebunan Nusantara II (Persero) atau PTPN II.

"Ya harapannya bukan hanya menemui, tapi masyarakat yang sudah puluhan tahun sejak tahun 1951 yang ada disitu yang saat ini menjadi korban penggusuran paksa di saat pandemik Corona, mereka kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian secara permanen, maka mereka wajib diberi kepastian hukum atas tanah," terang Aris.

"Kita akan bertahan dan bertenda di depan Istana apapun yang terjadi mas, karena kami sudah menempuh 1.812 kilometer untuk mendapatkan dan mengadu soal ketidak adanya keadilan di Sumatera Utara, kita ingin mendapatkan keadilan di negara Jakarta," sambungnya.

Para petani ini menuntut lahan dan tempat tinggal mereka yang digusur paksa oleh BUMN, PT Perkebunan Nusantara II (Persero) atau PTPN II.

PTPN II telah menggusur lahan yang berkonflik di Desa Simalingkar seluas 854 hektare berdasarkan HGU No. 171/2009 dan area petani di Desa Sei Mencirim seluas kurang lebih 80 hektare berdasarkan HGU No. 92/2004.

Padahal kata Aris, masyarakat kedua Desa tersebut telah tinggal sejak 1951 atau tepatnya sejak 69 tahun yang lalu.

Dengan demikian, mereka melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Negara, Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo untuk mengadu dan meminta keadilan.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA