Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Senyum Puan Mengembang Usai Politisi PDIP Membacakan Doa Di Penghujung Sidang Tahunan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Jumat, 14 Agustus 2020, 21:02 WIB
Senyum Puan Mengembang Usai Politisi PDIP Membacakan Doa Di Penghujung Sidang Tahunan
Ketua DPR RI, Puan Maharani saat hadiri sidang tahunan/RMOL
rmol news logo Lantunan doa pada penutupan paripurna Pembukaan Masa Sidang I Tahun Sidang 2020-2021 dalam rangka penyampaian Pidato Presiden Jokowi mengenai RUU Tentang RAPBN TA 2021, Jumat (14/8) berlangsung khidmat.

Doa dibacakan oleh Mufti Aimah Nurul Anam dari Fraksi PDI Perjuangan.

"Ya Allah tuhan yang maha melindungi, janganlah engkau tinggalkan kami. Kami tidak tahu harus kepada siapa menaruh pengharapan di tengah masalah sesulit ini di tengah pandemik Covid-19 yang datang ke tanah kami, ke dalam kehidupan kami, di tengah masyarakat kami, merampas kenikmatan kami yang kau berikan dan kami abaikan," ucapnya melantunkan doa.

Sontak seisi ruangan sidang pun hening dan menundukkan kepala penuh khidmat mengaminkan doa untuk bangsa Indonesia yang akan menginjak usia 75 tahun merdeka dan bermunajat agar negara Indonesia dijauhkan dari wabah yang menjangkit ratusan negara diberbagai belahan dunia yaitu Covid-19.  

"Ya Allah janganlah engkau tinggalkan kami, berilah rahmat dan bimbingan-Mu kepada kami. Ya Rahman ya Rahim, menjelang perayaan dan kemerdekaan bangsa kami Indonesia, berikanlah kami kesempatan ya Allah dengarkanlah. Kami merenung dan menundukkan kepala dengan rasa syukur. Berikanlah kepada kami kesempatan untuk meneruskan jemabatan emas yang dibangun oleh Bung Karno, Bung Hatta, Hadrotussyaikh Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, Bung Syahrir, Bung Natsir, Cut Nyak Dien, I Gusti Ketut Jelantik, Maria Walanda Maramis, Sisingamaraja, Kapitan Patimura, Gatot Subroto dan jutaan orang yang dimakamkan di batunisan tanpa nama," ucap Mufti memanjatkan doa kepada para pahlawan.

Mufti pun mengakhiri doanya dengan lafal bahasa Arab yang fasih dan salam penutup doa yang lazim digunakan oleh kaum Nahdliyin (NU).

"Rabbana aatina min ladunka rahmah, wa hayyi' lana min amrina rosyada. Rabbana la tuzigh qulubana  ba'da idzhadaitana wahab lana min ladunka rahmah. Innaka antal wahhab. Rabbana aatina fiddunya hasanah wa fiil akhirati hasanah waqina 'adza bannar. Wallahul muwafiq ila aqwamithariq wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh," demikian Mufti.  

Seusai politikus muda dari fraksi PDI Perjuangan itu menutup do'a. Senyum lebar pun tampak dari raut wajah Ketua DPR RI Puan Maharani selaku pimpinan sidang.

Dia lantas mengucapkan terimakasih dan berharap doa-doa yang dipanjatkan oleh Mufti, doa untuk bangsa Indonesia senantiasa dikabulkan oleh Allah SWT.

Tampak rasa bangga dari Puan Maharani atas doa yang dilafalkan Mufti. Bahkan dia sempat mengeraskan suara saat menyampaikan terima kasih kepada Mufti yang sudah membacakan doa.

"Terima kasih saya sampaikan kepada Saudara Mufti Aimah Nurul Anam dari Fraksi PDI Perjuangan yang telah membacakan doa," ucap Puan dengan nada agak mengeras saat menyebut Mufti dari fraksi PDI Perjuangan.

"Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, mengabulkan doa kita bersama, Amin," demikian Puan Maharani seraya tersenyum.

Pemandangan pada momentum sidang tahunan MPR kali ini, pasalnya agak berbeda dengan sidang tahunan MPR/DPR 2016 silam. Saat doa penutup dibacakan oleh anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, HR Muhammad Syafi'i.

Romo Syafi'i kala itu sempat menarik perhatian seisi ruangan sidang. Hal itu lantaran dalam salah satu doa yang disampaikan, dia meminta agar bangsa Indonesia dijauhkan dari pemimpin yang berkhianat lantaran hanya mengobral janji kepada rakyat.

"Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat," ucap Syafi'i dalam doanya di Sidang Paripurna MPR/DPR 2016 di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (16/8) lalu.

Berbeda dulu saat Romo Syafii yang usai memimpin doa, bahkan politisi PDIP Hendrawan Supratikno sempat beraksi meskipun ia membantah tersinggung karena dia Romo Syafi'i.

Menurutnya, doa adalah pernyataan harapan dan keinginan atau aspirasi. Dalam keheningan dan kekhusyukan, harapan dan keinginan tersebut lebih bisa tersampaikan.

"Kami tak tersinggung, bahkan tersenyum, karena doa yang berisi rangkaian tuntutan politik, oleh banyak orang dipersepsi sebagai dagelan," ujarnya pada Rabu (17/8) lalu.

Ia juga menyebut doa yang dibacakan politikus Gerindra itu hanya dagelan dengan sejumlah alasan.

"Buktinya tadi banyak orang yang tertawa dan jadi bahan candaan. Bahkan ada yang bilang ini doa oposisi," demikian Hendrawan Supratikno.

Namun, kondisi tahun ini berbeda, terlepas dari yang memimpin doa adalah politikus muda PDIP Mufti. Secara hubungan partai pun Gerindra dengan PDIP merupakan partai pendukung pemerintah alias sudah berkoalisi.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA