Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hasrat Jokowi Genjot Ekonomi Kuartal III Lewat Investasi Adalah Hal Mustahil

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Kamis, 27 Agustus 2020, 07:57 WIB
Hasrat Jokowi Genjot Ekonomi Kuartal III Lewat Investasi Adalah Hal Mustahil
Presiden Joko Widodo/Net
rmol news logo Upaya pemulihan ekonomi nasional dari jurang resesi dengan menggenjot investasi, sebagaimana yang diinginkan Presiden Joko Widodo, dianggap mustahil oleh Institute Development of Economics and Finance (Indef)

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad menjelaskan, kemustahilan itu disebabkan investor masih belum berani berinvestasi lantaran melihat kondisi pandemik Covid-19 di dalam negeri yang masih melesat tinggi.

"Ya enggak mungkin lah pada saat situsi kaya gini, kalaupun FDI (investasi asing) kita kan diprediksi turun sekitar 30 persen, itu enggak mungkin langsung investasi itu menyumbangkan ke ekonomi langsung," ujar Tauhid Ahmad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (27/8).

Dampak ekonomi dari investasi asing, lanjut Tauhid, baru bisa menyumbang ke pertumbuhan ekonomi ketika sudah mulai beroperasi dan membuat roda perekonomian masyarakat Indonesia bergerak.

"Dia (investor asing) kan harus bangun pabrik, dan sebagainya dan sebagainya sampai dia bisa menggerakan ekonomi. Paling cepat 6 bulan, ada yang setahun ada yang dua tahun sampai dia bisa menghasilkan," paparnya.

Begitupun dengan investasi masyarakat di dalam negeri, yang menurut Tauhid tidak bisa bangkit dengan cepat mengingat kebanyakan masyarakat kelas menengah ke atas lebih menahan diri mengeluarkan uangnya.

"Aktivitas ekonomi masyarakat baik yang pembelian mesin, peralatan, barang modal dan sebagainya, dalam situasi begini menggerakan sektor investasi masyarakat enggak mudah, cendrung kalau investasi di sektor riil agak terhambat, karena daya dorong investasi ketika ada permintaan. Nah permintaan ini kan cendrung turun," jelas Tauhid.

"Kedua, dalam keadaan begini orang akan saving, saving itu kan perilaku, ketika tidak ada kepastiaan soal pandemik orang akan berjaga-jaga apakah saya mendapat tambahan pendapatan, apakah kepastian pendapat saya relatif tepat di tengah situasi pandemik, ini masih relatif kurang baik," sambungnya.

Oleh karena itu, Tauhid berkesimpulan upaya pemerintah menggenjot perekonomian RI lewat investasi akan percuma. Justru yang ada ekonomi tetap minus, seperti yang diprediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar minus 2 sampai 0 persen.

"Kalau kami (Indef) tetap berkeyakinan minus 1,3 sampai minus 1,7 (persen). Kalau nol sih harapan ya, tapi dari situ saja sudah kelihata kita akan negatif. Makanya (prediksi pemerintah) ini kan berada pada rentang yang cukup jauh, minus 2 sampai 0 ya," demikian Tauhid Ahmad. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA