Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Masyarakat Minahasa Utara Ogah Memilih Pemimpin Yang Diduga Bermasalah Hukum

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Jumat, 28 Agustus 2020, 09:10 WIB
Masyarakat Minahasa Utara Ogah Memilih Pemimpin Yang Diduga Bermasalah Hukum
Pilkada Serentak 2020/Net
rmol news logo Majunya Sompie Singal dan Joune Ganda dalam gelaran Pilkada Minahasa Utara (Minut) menjadi sorotan dari warga. Pasalnya, semasa menjabat, Sompie Singal terindikasi menjadi aktor intelektual kasus pengangkatan sekretaris desa (Sekdes).

Sompie Singal bekas Bupati Minut diduga berperan dalam manipulasi data terkait jabatan 98 sekdes. Misalnya di Desa Lihuna, Kecamatan Likupang Barat, memiliki tiga Sekdes.

Strategi politik tingkat tinggi meskipun untuk perhelatan lokal di Sulawesi Utara. Sompie Singal, yang masih ber-KTA PDIP, mendekati Golkar. Sompie memainkan praktik politik text book, politik hanyalah alat kekuasaan.

"Kami heran, kenapa Partai Golkar tidak mengajukan kadernya sendiri?" kata salah satu pemuka masyarakat Winawerot, Minut, Mickael Almy Rondonuwu, Jumat (28/8).

Mickael seperti banyak warga Minut sesungguhnya menanti kehadiran sosok pimpinan daerah yang bersih, tidak tersangkut kasus hukum.

Sompie pernah muncul di Pengadilan Negeri Manado dalam perkara korupsi. Dia djiadikan saksi kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh MHWP alias Maximilian. Tidak menutup kemungkinan dia bisa terseret dalam kasus pengangkatan sekdes fiktif.

"Kami warga Minut tidak menginginkan calon bupati yang bermasalah hukum," kata Jhon Mantiri warga Kecamatan Dimembe, Minut.

Warga Minut menginginkan sosok yang peduli rakyat. Yang bersih dan mewakili rakyat kebanyakan. Kerinduan hadirnya sosok seperti Joko Widodo, yang lahir bukan dari kalangan politikus, menjadi harapan rakyat Minut.

"Iyo, torang (kami) suka figur baru untuk perubahan di Minut," kata Soleman Manua, seorang warga Desa Dimembe, masih dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.

Kekuasaan, politik, dan uang itu memabukkan. Hakikat kekuasaan adalah alat mencari uang. Uang pun digunakan untuk melanggengkan kekuasatan. Rakyat dibodohi. Rakyat dalam pilkada menjadi alat legitimasi melanggengkan klan penguasa.

"Ya, kekuasaan di tangan politikus selama puluhan tahun tidak memberikan perubahan signifikan di Minut," kata Soleman Manua.

Permainan politik tidak mengenal etika. Rakyat pun disuguhi calon bupati oleh partai politik. Kekuasaan dan uang telah menciptakan keserakahan. Dari pucuk keuasaan di provinsi bermain. Upaya untuk menggenggam kekuasan dilakukan dengan segala cara.

Informasi lain dari kepolisian seperti beredar di media sosial tentang adanya surat Laporan Polisi menyangkut Joune Ganda yang dilaporkan oleh Jhonson Lengkong Dengah. Tudingan dugaan penyerobotan tanah yang diduga dilakukan oleh Joune Ganda dan dua temannya.

Rakyat Minut pun menyoroti calon seperti Joune Ganda yang diduga terlibat penyerobotan tanah. Pemimpin mereka kelak diharapkan tidak tersangkut kasus hukum.

"Torang cari sosok calon bupati yang bersih, yang bisa menegakkan peraturan, bukan terlibat masalah hukum," kata Fransiskus Karanaung yang tinggal di Wori.

Gelaran Pilkada Minut 2020 saat ini tengah diramaikan dengan manuver partai politik dan pasangan calon bupati. Nasib rakyat Minut tengah ditentukan oleh partai politik. Sosok-sosok mumpuni dan dikehendaki rakyat harus didukung oleh partai politik. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA