Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Geradi Yudhistira: Isu PKI Dihembuskan Orang Yang Ingin Naik Kelas Ketokohannya

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Jumat, 25 September 2020, 20:45 WIB
Geradi Yudhistira: Isu PKI Dihembuskan Orang Yang Ingin Naik Kelas Ketokohannya
Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo saat mengulas argumentasi tentang kebangkitan PKI/Repro
rmol news logo Masyarakat diharapkan untuk sadar bahwa isu komunisme atau PKI dihembuskan oleh orang-orang yang ingin naik menjadi figur atau tokoh nasional.

Begitu yang disampaikan oleh pakar politik Universitas Islam Indonesia (UII), Geradi Yudhistira menanggapi kembali munculnya mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo dengan menghembuskan isu PKI.

"Gatot Nurmantyo ini agak unik. Karena, dari dulu beliau memakai isu PKI dan tidak lelah untuk memakai isu PKI," ujar Geradi Yudhistira kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/9).

Padahal kata Geradi, Gatot pernah kurang siap menyampaikan argumen setelah didebat oleh aktivis HAM karena menghembuskan isu PKI.

"Saya kira dulu pernah dalam sebuah kesempatan Pak Gatot agak kurang siap dengan argumen-argumen tentang PKI dan bagaimana PKI itu hidup lagi ketika didebat oleh aktivis HAM soal kelemahan argumen beliau dalam menunjukkan bagaimana PKI itu hidup lagi," kata Geradi.

Namun demikian kata Geradi, masyarakat harus mulai sadar bahwa isu PKI dihembuskan oleh seseorang yang hanya ingin naik kelas popularitasnya.

"Tapi saya pikir terlepas dari itu semua bahwa, masyarakat pun harus sadar bahwa isu tentang PKI ini adalah isu yang selalu dihembuskan ketika komoditas politik ketika seseorang ingin jadi naik menjadi seorang figur atau tokoh nasional," jelas Geradi.

Karena sambung Geradi, saat ini sangat mudah untuk mendapatkan dukungan dengan melempar isu soal musuh bersama.

Sehingga, musuh bersama tersebut seolah-olah diperangi oleh tokoh yang ingin naik kelas tersebut karena dianggap sebagai tokoh yang menjadi garda terdepan dalam melawan musuh bersama tersebut.

"Misalnya saya mau jadi pemimpin begitu ya, kemudian saya ciptakan saja musuh bersama, misalkan siapa misalnya, orang dengan etnis A gitu, atau PKI gitu. Terus saya bilang bahwa oh PKI masih ada, lalu ketika masyarakat sudah mulai percaya bahwa PKI itu ada, lalu saya menjadi garda terdepan dalam pemberantasan PKI yang hantunya kita ciptakan sendiri," terang Geradi.

Hal tersebut kata Geradi akan secara cepat mendapatkan simpati. Namun, hal tersebut akan ditolak oleh kelompok masyarakat yang kritis.

"Nah jadi kita berharap masyarakat menjadi lebih kritis sekarang, bahwa PKI itu atau Komunis itu sudah tidak ada lagi di dunia, paling cuma di Kuba, itu pun sudah gak ada, di China tidak ada, kapitalisme semua. Dimana Angola mungkin?, Angola atau Korea Utara, sudah negara itu aja," kata Geradi.

"Apa yang bisa kita lakukan, apa yang bisa kita harapkan dari dua negara itu bahwa dia tidak lagi sesuper power Uni Soviet dulu atau China zaman dulu yang sangat benar-benar Komunis karena China sekarang sudah sangat kapitalis," sambung Geradi.

Dengan demikian kata Geradi, isu PKI merupakan hantu yang diciptakan sendiri, kemudian diperangi dengan harapan menjadi seorang figur, seorang yang dicintai masyarakat dan mendapatkan simpati.

"Tapi sekali lagi bahwa ini tidak akan bisa berjalan dengan baik ketika masyarakat semakin hati saya literasi kecerdasannya dan daya kritisnya semakin menjadi lebih baik," pungkas Geradi.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA