Kecaman itu disampaikan oleh Koordinator lapangan yang juga Ketua BEM FEBSI Universitas Pelita Bangsa, Suhendar.
Menurut Suhendar, petuga kepolisian sudah kelewat batas lantaran menggunakan perangkat anti huru haranya untuk menghadapi mahasiswa yang tengah menyuarakan aspirasi.
"Iya kita mengecam Polres (Metro Bekasi) ataupun dari Polisi, dimana mereka terlalu represif banget, kita juga biasa aksi kan, tapi mereka baru misalkan ada bentrok sedikit, chaos sedikit langsung ditembaki. Banyak teman-teman yang terluka juga," ujar Suhendar kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu malam (7/10).
Suhendar pun mengecam agar Kapolres Metro Bekasi, Kombes Hendra Gunawan untuk mengusut tuntas terhadap anggotanya melakukan tindakan represif.
"Kita mengecam, kita mau mengusut tuntas represif itu," tegas Suhendar.
Karena kata Suhendar, banyak mahasiswa yang aksi siang tadi yang mendapatkan tindakan kekerasan. Seperti dipukul, diseret, ditendang, ditembak gas air mata hingga ditembak dengan peluru karet.
Akibatnya, sebanyak enam mahasiswa mengalami luka-luka. Dua luka berat dan empat luka ringan.
Untuk yang luka berat, terdapat satu orang bernama Nasrul yang merupakan Ketum Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Pelita Bangsa harus dioperasi di bagian kepala akibat terkena tembakan peluru karet dari aparat kepolisian.
"Dari teman-teman yang ada di lokasi yang menyaksikan, Nasrul itu kena peluru karet," ungkap Suhendar.
Selain itu kata Suhendar, terdapat dua orang ditangkap polisi saat aksi. Satu diantaranya berasal dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bekasi Universitas Pelita Bangsa yang diseret, dipukul, ditendang hingga ditangkap Polisi.
Namun akhirnya, mahasiswa HMI tersebut dibebaskan polisi usai 1.500 mahasiswa yang aksi mengecam dan mengancam akan tetap bertahan jika rekannya tidak dibebaskan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: