Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sepanjang Tidak Dipaksakan, PWNU Aceh Sepakat Dengan Kemenag Soal Materi Khutbah Jumat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Kamis, 22 Oktober 2020, 17:40 WIB
Sepanjang Tidak Dipaksakan, PWNU Aceh Sepakat Dengan Kemenag Soal Materi Khutbah Jumat
Ketua Tanfidziyah PWNU Aceh, Teungku Faisal Ali/RMOLAceh
rmol news logo Sepanjang Kementerian Agama RI memberikan kebebasan kepada khatib dan menjadikan bahan yang disajikan sebagai referensi, penyediaan materi khutbah tidak akan menjadi masalah.

“Jangan ada pemaksaan dan penekanan kepada khatib harus menyampaikan yang tertulis. Itu yang tidak boleh,” kata Ketua Tanfidziyah PWNU Aceh, Teungku Faisal Ali atau Lem Faisal, kepada Kantor Berita RMOLAceh, Kamis (22/10).

Lem Faisal melihat langkah Kemenag ini hanya menyediakan rujukan isi materi untuk disampaikan kepada jemaah pada shalat Jumat. Lem Faisal yakin Kemenag tidak akan masuk terlalu jauh ke dalam urusan ini.

Menurut Lem Faisal, seringkali khatib-khatib tidak sempat menyiapkan bahan saat hendak menyampaikan khutbah. Maka dengan adanya buku atau bahan yang disediakan, para khatib dapat lebih mudah mencari materi untuk disampaikan kepada jemaah shalat Jumat.

Lem Faisal juga meminta agar semua khatib menggunakan bahasa-bahasa yang bagus. Keras boleh, tapi jangan kasar. Keras terhadap kebenaran itu hal yang tidak dilarang dalam agama, sementara kasar dalam menyampaikan kebenaran itu dilarang dalam agama.

“Jadi berbeda antara keras dan kasar. Tegas itu memang dianjurkan, tapi tetap dengan bahasa-bahasa yang benar dan santun; mauizah hasanah,” kata Lem Faisal.

Sebelumnya, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh, Muharrir Asy’ari mengatakan, khutbah itu harus sesuai dengan apa yang dialami oleh masyarakat. Khutbah juga harus disesuaikan dengan hal yang dibutuhkan oleh masyarakat.

“Karena khutbah juga menjadi media pendidikan,” kata Muharrir, Rabu (21/10).

Muharrir mencontohkan dalam satu bulan terdapat 4 kali shalat Jumat, maka selama 12 bulan terjadi 48 kali pelaksanaan khutbat Jumat. Hal itu, kata Muharrir, menjadi media pendidikan yang sangat luar biasa.

Seorang khatib, kata Muharrir, harus menjadikan materi khutbah menyentuh kehidupan masyarakat dan masyarakat memahami isi khutbah dan masalah-masalah yang terjadi di sekitar mereka. Khutbah dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat itu.

Menurut Muharrir, lewat khutbah, para khatib ikut mendidik jemaah. Mengembangkan agama Islam agar bagus, mengubah akhlak masyarakat lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Karena khutbah dihadiri oleh seluruh masyarakat.

Oleh karena itu, Muharrir mengajak seluruh khatib Jumat membawa materi-materi yang penuh kesejukan dan kedamaian. Materi khutbah hendaknya tidak menohok seseorang. Kalau ingin menyampaikan kebenaran, maka kebenaran itu harus disampaikan dengan santun dan beretika.

“Jadi betul-betul dibawa secara lembut. Pakai nash (dalil) tapi mengena. Jangan menunjuk (menuding) seseorang, nanti orang (jamaah) malah lari dari kita,” kata Muharrir. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA