Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hina Yahudi Disebut Anti Semit, Giliran Hina Islam Dianggap Kebebasan Berekspresi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Minggu, 25 Oktober 2020, 11:46 WIB
Hina Yahudi Disebut Anti Semit, Giliran Hina Islam Dianggap Kebebasan Berekspresi
Presiden Prancis Emmanuel Macron/Net
rmol news logo Persepsi dunia mengenai rasisme dan sentimen agama memang sudah keblinger. Tidak ada keadilan dalam melihat sebuah penghinaan terhadap agama, khususnya oleh masyarakat Eropa Barat.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi mengatakan bahwa penilaian orang Barat terhadap penghinaan agama sudah keblinger. Apalagi saat penilaian itu tidak adil bagi umat Islam.  

“Keblinger. Menghina Yahudi disebut anti semit. Menghina warna kulit disebut rasis. Giliran menghina (agama) Islam hanya dianggap kebebasan berekspresi!” tuturnya dalam akun Twitter pribadi, Minggu (25/10).

Pernyataan ini berkaitan dengan sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerang Islam dan komunitas muslim. Dia menggambarkan Islam sebagai agama yang mengalami krisis.

Pernyataan Macron sendiri bertepatan dengan langkah provokatif oleh majalah Prancis, Charlie Hebdo, dengan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW yang telah menarik kemarahan dan kemarahan yang meluas di seluruh dunia Muslim.

Karikatur tersebut pertama kali diterbitkan pada 2006 oleh surat kabar Denmark Jylllands Posten, dan memicu gelombang protes.

Setelah itu, Prancis diguncang oleh insiden pemenggalan seorang guru sejarah, Samuel Patty, karena ia menggunakan karikatur sebagai contoh kebebasan berekspresi. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA